Senin, 02 Februari 2009

Be Smart!



Wahai para istri, tugas berat seorang fulltimer wife memang tidak ringan. Karena bersama dengan jabatan seorang istri, melekat juga jabatan sebagai ibu, sebagai hamba Allah dan sebagai anggota masyarakat. Semuanya menuntut kerja keras dan tidak bisa diabaikan satupun. Ada hak suami, hak anak-anak dan hak masyarakat. Semuanya wajib dipenuhi dalam rangka memenuhi misi hidup sebagai hamba Allah SWT. Tak mungkin menjadi pekerja parttimer sebagai istri. Dibatasi antara pukul 22.00-02.00, misalnya. Mungkinkah? Sisanya terbagi menjadi tukang masak saja pada pagi hingga siang hari, kemudian terjun ke masyarakat seraya melepas keistriannya. Ini berbahaya.

Istri mesti smart (cerdas). Mengatasi keterbatasan dengan cerdas. Merubah kendala menjadi potensi, mengubah pesimisme menjadi optimisme, mengubah tantangan menjadi peluang. Menjalankan semua peran dengan penuh semangat iman. Mengatur waktu dengan sangat hati-hati. Tak sedikitpun dibiarkan untuk mnentang aturan Allah, mengabaikan hak suami, hak anak, atau hak siapapun yang merupakan kewajibannya.

Smart bukan sekedar diukur dari angka terbaik yang diperolehnya dari lembar ujian akademik. Bukan cuma di kampus atau di sekolah. Smart yang dimaksud di sini adalah kemampuan untuk menjadi problem solver bagi setiap persoalan. Baik persoalan yang menimpa dirinya, suami, anak atau umatnya. Hinga suami dan anak tak pernah merasa kehilangan hak atas istri dan ibunya, sesibuk apapun istri. Jika tidak smart, akan sulit bagi istri menyempurnakan perannya.

Smart tetap mesti dilandasi semangat iman. Sehingga kita tak pernah merasa berat menunaikan setiap kewajiban. Dengan semangat iman, energi dapat dikelola secara tepat, sejalan dengan aturan Allah. Bukan berdasarkan selera yang muncul karena ambisi pribadi.

Biduk rumah tangga akan mengarungi lautan dunia. Merajut bekal menuju kehidupan setelah maut. Nahkoda takkan bisa bekerja sempurna tanpa awak yang sigap, cekatan dan membantu nahkoda. Bersama-sama menghadapi terpaan ombak bahkan badai. Mengatur perbekalan agar cukup hingga tiba dipelabuhan, dan mencarinya kembali sebelum habis. Inilah sinergi yang manis dalam rumah, biduk kecil di tengah samudera. Bagaimana nahkoda dapat berkonsentrasi menghindar menabrak karang jika jiwanya tidak tentram. Beban kecemasan tak terhiburkan, beban kebimbangan tak tertunjuki.

Penanggung jawab rumah, penentram jiwa, sekaligus mitra setia dalam suka dan duka. Inilah istri, dengan kasih sayang penuh kemesraan merajut solusi dan solusi dalam setiap percikan kesulitan yang menerpa. Tak sepatah katapun ia relakan melukai suami. Namun tak berarti ia berdiam diri dengan kekeliruan suami. Nasehat bijak disampaikan dengan hati-hati agar tak membangkitkan amarah, melunturkan kasih sayang. Menasehati tanpa menghakimi, membantu tanpa meremehkan, member masukan tanpa menggurui.

Rumah yang tertib, suasana sinergi menyelimuti. Saling asah, asih dan asuh, hingga setiap terpaan riak ombak hingga deburan badai tak menggoyahkan biduk cinta ini, menyusur jalan menuju Surga.
Insya Allah…

(Disarikan dari buku Family Guideline 2 dengan beberapa perubahan)

5 komentar:

  1. setuju banget dengan postingan umi, berbahagialah yang bisa menjadi seorang istri yg sholehah yang bisa melahirkan generasi qur'ani dan islami, amin

    BalasHapus
  2. betapa mulianya tugas seorang istri, musti mencontoh yg demikian nih, musti bisa smart, semangat..semangat..semangat!!!

    BalasHapus
  3. "Manusia yang cerdas adalah manusia yang meneliti pada dirinya dan amalan setelah kematiannya (amalan yang dibawa mati)... " HR.Ibnu Majah.

    Setuju banget Ummu, semoga kita selalu bisa terus semangat untuk terus berusaha menjadi orang iman yang "SMART"... :)

    BalasHapus
  4. benar ummu, jd gak heran kalau Rasulullah saw,menyatakan kalau surga itu berada dibawah telapak kaki ibu.
    Begitu berat tugas yang diemban, mulai dari urusan rumahtangga sampai urusan dakwah. Bahkan ada jg yg mencari nafkah u/ keluarganya.

    Ada satu hal bahwa Islam memandang wanita dari 2 sisi: sebagai hamba Allah dan sebagai wanita menurut kodratnya.
    Sebagai hamba Allah artinya tugas dan kewajibannya sama dengan seorang laki-laki yaitu sama2 beribadah kepada Allah, Lalu kalau ditinjau dari sisi kodrat sebagai wanita maka hak dan kewajibannya berbeda dengan laki-laki, mengingat wanita disini diberi potensi u/ melahirkan dan menyusui sdg laki-laki tdk memilikinya.
    Mudah2an para akhwat tetep semangat deh...

    BalasHapus
  5. aku susah smart belum yah?? hehehe
    nice posting Ummu

    BalasHapus