Kamis, 30 April 2009

Catatan kecil

Potret Arab Saudi di Masa Datang: Menghilangkan Jejak Rasulullah?

Senin, 27/04/2009 15:56 WIB
“Arab Saudi, seperti juga negara-negara lain yang bergelimang harta, terus melakukan modernisasi. Selain secara pemikiran, seperti diangkatnya seorang perempuan dalam jajaran kementrian di negara itu, juga pembangunan fisik pun dilakukan. Tetapi, pengembangan Arab Saudi, khususnya kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak memedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan sahabatnya.”
(http://www.eramuslim.com/berita/dunia/potret-arab-saudi-di-masa-datang.htm)

Ini pulalah yang saya rasakan ketika untuk pertamakalinya pergi umroh kemarin. Ditengah keharuan bisa melihat ka’bah, bisa menyentuhnya dan beribadah di depannya, hati ini tertegun melihat gedung tinggi yang dibangun disamping mesjidil haram yang terlihat congkak. Gedung itu akan terlihat, terlebih bila kita masuk melalui pintu Baabul Fath. Sambil ber’itikaf menunggu waktu shalat, saya termenung…menurut saya kurang pantas ada bangunan tinggi lain yang mau tidak mau akan terlihat ketika kita melihat ka’bah. Bagi saya, selain mengganggu pemandangan, juga mengesankan kesombongan kita sebagai manusia, terlebih yang mempunyai ide untuk membangunnya.



Ketika kegelisahan itu saya lontarkan ke suami, beliau mengatakan bahwa konon katanya pembangunan gedung tinggi/ hotel itu dimaksudkan agar orang yang shalat di dalamnya seperti shalat di mesjidil haram itu sendiri karena langsung bisa memandang ka’bah. Innalillahi…kata saya, kok jadi terkesan seperti hotel berbintang 7 di tepi pantai dengan pemandangan langsung ke laut lepas…kesannya komersial banget! Perih hati saya memikirkan semua itu. Apakah saudara-saudara muslim saya yang lain merasakan seperti yang saya rasakan? Apakah mereka merasa terganggu? Atau karena saya tidak khusyu dan membesarkan masalah? Ah…

Inilah rumah Allah yang tercatat dalam Al Quran. Inilah rumah Allah yang dibangun oleh tangan-tangan suci para nabi-Nya. Inilah rumah Allah yang penuh sejarah dan perjuangan. Betapa Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yang mulia telah mensucikan tempat ini dari berhala-berhala kejahiliahan. Menjadikannya sebagai majlis ilmu, pusat dakwah dan perjuangan. Tak dapat ditahan airmata ini jika sudah mengingat itu semua. Inilah rumah Allah yang kami, seluruh kaum muslim selalu rindukan. Untuk sampai padanya, untuk bisa datang dan shalat didalamnya, kami rela datang jauh-jauh. Kami rela menjual sawah, kami rela menjual kerbau, kami rela menyisihkan lembar demi lembar pendapatan kami untuk bisa membayar ongkos yang bagi kami tidaklah sedikit. Untuk sampai padanya, tak kami hiraukan lagi badan tua kami yang mulai sakit-sakitan. Tak kami hiraukan lagi kebiasaan mabuk perjalan yang sangat-sangat panjang. Tak kami hiraukan lagi ladang, ternak dan perniagaan yang kami tinggalkan. Kami kuatkan hati meninggalkan keluarga tercinta untuk beberapa lama. Dan kami redam kegelisahan, ketakutan dan rasa cemas kami ketika harus naik pesawat, karena banyak diantara kami, untuk pertamakali inilah naik pesawat.

“Ketika Nabi Ibrahim a.s. selesai membangun Kakbah, Allah Taala memerintahkannya untuk menyeru manusia untuk melaksanakan haji. Allah Taala berfirman:
وأذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق
Artinya, "Serukanlah kepada seluruh manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. "
Nabi Ibrahim berkata kepada Allah Taala, "Wahai Tuhan! Bagaimana suaraku akan sampai?" Allah Taala berfirman, "Serulah! Aku yang akan membuat suaramu sampai."
Kemudian Nabi Ibrahim as. naik ke gunung Qubis dan memasukkan jari tangannya ke kuping sambil menghadapkan wajahnya ke Timur dan Barat beliau berseru, "Wahai sekalian manusia telah diwajibkan kepadamu menunaikan ibadah haji ke Baitul Atiq, maka sambutlah perintah Tuhanmu Yang Maha Agung." Seruan tersebut telah didengar oleh setiap yang berada dalam sulbi laki-laki dan rahim wanita. Seruan itu disambut oleh orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah Taala bahwa ia akan melaksanakan haji, Mereka berkata:
لبيك اللهم لبيك
"Telah saya penuhi panggilan-Mu, Ya Allah! Telah saya penuhi panggilan-Mu."(dari berbagai sumber)

Inilah Baitullah itu. Kami pergi kepadanya bukan karena keindahan masjidnya. Bukan karena kemewahan bangunannya. Atau kerumitan arsitekturnya. Bukan karena keindahan kain penutup ka’bahnya. Bukan pula karena ingin disebut “wah hebat” oleh sesama manusia. Tapi karena memenuhi panggilan Allah…karena ini suatu kewajiban…karena ini suatu kenikmatan. Betapa Allah menjanjikan pahala berlipat bagi shalat khusyu yang dilakukan di Baitullah. Inilah yang kami tuju. Karena inilah kami datang.

“Labbaikallahumma labbaik…”
Siapapun pasti akan menangis jika mengucapkannya, dengan sepenuh hati.

Jadi tolong…tolong wahai para penguasa kaum muslimin. Berhenti untuk mempolitisasi dan menjadikannya sebagai objek untuk meraih keuntungan.

2 komentar:

  1. ummi baru pulang umrah yaa....alhamdulillah tiba kembali di tanah air dgn selamat, maaf nech baru sempat mampir lagi...

    aku sependapat sama ummi, bangunan itu merupakan simbol kesombongan manusia dan keserakahan manusia, kurang afdol rasanya sholat di ka'bah dgn latar belakang pemandangan gedung bertingkat tinggi sperti itu, mdh2an para penguasa disana diberi hidayah dr ALLAH SWT.

    BalasHapus
  2. Iya Ummu..termasuk tanda tanda dekatnya hari kiamat x yaaa dimana gedung gedung menjulang tinggi melebihi menara masjid,gurun pasir telah menghijau..dan tak satupun kejadian melainkan atas kehendak Allah Ta'alla.

    Smoga mabrur ibadah umrohnya ya Ummu... Amien..

    BalasHapus