Jumat, 20 November 2009

Cerita Sahabat (1)


Prolog
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…Teman-teman dan sahabat yang di raahmati Allah, catatan kali ini saya tulis dari kisah nyata seorang sahabat, yang meminta kisahnya di muat. Sebenarnya berat, karena tentu akan membangkitkan memori lama. Tapi sms beliau, membuat saya tidak bisa menolak. Berikut saya kutipkan sms nya:

“…Btw, N boleh minta sesuatu gak? Teh bikin tulisan tentang kematian dong, cerita abahnya F juga boleh diangkat. N senang baca tlsn2 te2h, ada sesuatu yang lain. Spt mangga muda, jd crt yg enak bgt. Pdhal dr dl jg kita tau te2h suka it tp ktk it dtls jd bkesan…”

Untuk nama, saya tuliskan inisialnya aja ya…Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran darinya.

Arti Kehilangan
“Saat kau kehilangan orang yang begitu berarti bagimu
Orang yang kau puja, kau andalkan
Dan selalu kau tunggu kedatangannya—
Dengan penuh do’a dan cinta,

Perlahan-lahan kau akan dapati
Keceriaanmu memudar
Senyummu kian hilang
Canda usilmu lenyap
Semangatmu pun menguap

Kau akan merasa
Beban berton-ton dipundakmu
di kepala dan di dalam hatimu

Melahirkan luka, sedih dan perih
di ulu hati
Menyayat setiap syaraf
Melemaskan seluruh otot tubuhmu
Membuatmu tak lagi menunggu mentari
dengan penuh rindu

Dan kau pun…
akan merasa kesepian
lebih dari kehilangan itu”.



Malam itu, --tepatnya tanggal dan tahunnya kurang tau, tapi sepertinya tahun 2007—tidur lelap kami terganggu oleh alunan “titanic” dari HP jadulku. Suami yang kebetulan tidur paling pinggir dengan terkantuk-kantuk memberikankan HP itu padaku. “assalamu’alaikum…” gumam saya dengan mata yang masih terpejam. Terdengar sayup-sayup suara di seberang sana yang begitu memelas:

“alaikumsalam….teteh…teteh…ini N teh…”
Masih dengan mata terpejam saya menyahut “Iya N…ada apa?”
Dalam Fikiran saya ketika itu paling-paling lagi sedih, mau curhat, karena memang ada beberapa teman yang biasa curhat ke saya.

“Teteh…teteh…si abah meninggal teh…kecelakaan…”
“oh iya…iya…” sesaat itu yang keluar dari mulut saya, sebelum akhirnya menyadari apa yang tengah terjadi, dan percaya bahwa ini tidak mungkin main-main. Mendadak kantuk saya hilang, dan sayapun segera bertanya, ingin kepastian.

“Eh…eh, N…ini N? Tadi kenapa N?”

“Iya teteh…si abah meninggak kecelakaan…” (nada suaranya sungguh memilukan)

“Ya Allah Innalillahi…N…, N, sekarang N di mana”?

Di sela-sela isakan, sahabat saya menjawab: “Di rumah sakit teh…di DKT, sebentar lagi mau di bawa ke bumi agung ke tempat Om…”

“Oh ya udah, teteh ke rumah sakit sekarang…N tunggu teteh ya…teteh ke sana sekarang!”

Kepada suami belum kembali tidur, saya jelaskan singkat, dan dengan gamang dan panik kami bersiap-siap berangkat. Suami menyiapkan motor, sedang saya mempersiapkan Faaza yang masih tertidur pulas. Saat itu baru 2 tahun usianya. Saya kasih Diapers, memakaikan kaos kaki dan jaket, kemudian saya gendong ia. Sebelum pergi, saya lirik jam, setengah 12 malam.

Sepanjang perjalanan, untuk meredam perasaan yang campur baur, setengah percaya dan tidak, dan air mata yang keluar tiba-tiba, saya berdzikir…berdzikir…ingatan saya terbang kemana-mana…pada sahabat saya yang pasti sedang limbung, pada anaknya yang baru bisa berjalan…pada yang baru meninggalkan…Ya Allah, perjalanan ke rumah sakit terasa lama sekali saat suasana hati sedang begini…

Jalanan lengang, hanya satu-dua kendaraan saja yang melintas. Di sepanjang jalan itu juga saya berfikir, apa yang akan saya lakukan nanti di hadapan sahabat saya…kalau saya menangis…tentu dia akan semakin sedih, kalau saya menguatkannya dan menahan diri untuk tidak menangis…apakah saya sanggup? Apakah saya sanggup untuk tidak menangis di hadapan sahabat saya yang pasti sedang runtuh dunianya…patah sayapnya dan hancur mimpi-mimpinya? Ya Allah…

Kami sampai di rumah sakit, dan langsung ke gawat darurat dan bertanya pada petugasnya. Setelah di tunjukkan, kami ke dalam…

Terlihat seorang akhwat, dengan jubah dan jilbab coklat di samping tempat tidur, seketika saya memburunya. “N…Ya Allah…N…” Saya peluk dia, dan kamipun bertangisan.

“Ya Allah N…yang sabar ya…” sela saya dalam isak.

Dengan menahan tangis dan mata berkaca-kaca, sahabat saya menjawab “InsyaAllah teh, N ikhlas… Allah pasti mempunyai rencana yang indah untuk N”. Katanya dengan mantap.

Sungguh, pada detik itu saya merasa, saya lebih rapuh dari dia…saya yang seharusnya menghibur dan menguatkannya malah tidak bisa berkata-kata. Subhanallah…saya kagum padanya. Karena saya sangat tau bahwa untuk bisa bersikap seperti itu tidaklah mudah. Semoga Allah selalu menyayangi dan melindungimu sahabatku, karena keikhlasan dan ketegaranmu…

Setelah urusan selesai, kami ke rumah duka bersama Om, tetangga dan rekan al marhum. Suami naik motor sedangkan saya dan Faaza ikut bersama Nana dan de Faqih (anaknya). Mobil kami di belakang ambulance yang dengan sirene khas nya melengking-lengking, menyayat hati kami. N berkata lirih pada anaknya yang terbangun di pangkuannya…”abah mana de…abah di mobil depan” katanya sambil terisak. Mata saya kembali berair…saya genggam tangannya, ingin menguatkan, saya tidak bisa berkata-kata.

Sesampai di rumah, sekitar setengah 2 pagi, saya coba kembali mengontak beberapa teman dan Alhamdulillah tersambung. Tak lama berselang, beberapa teman langsung berdatangan. Kami yang akhwat duduk di kamar yang pintunya menghadap ruang tengah dimana almarhum di letakkan. Bergantian kami peluk sahabat kami sambil bertausiah untuk saling menguatkan.

Selepas subuh, yang melayat semakin banyak. Saya yang duduk dipojokan kamar, memandang sahabat saya, yang tengah bercerita. “Biasanya jam segini kami baru beres mencuci baju dan menjemurnya bareng…”katanya sambil terisak. Beberapa teman langsung memegang tangan dan mengelus punggungnya. Pandangan saya beralih ke almarhum yang terbaring di ruang tengah. Dalam hati saya menggumam “Ya Allah…padahal jarak dia dan suaminya paling Cuma 2-3 meter, suami yang paling dekat dengannya, suami tempat dia berkeluh kesah dan berbagi cerita jaraknya Cuma 2-3 meter…tapi dia hanya bisa bercerita ke kami, sahabat2nya…karena, jarak yang 2-3 meter itu jadi sangat jauh…sangat jauh, dan tak bisa digapai oleh apapun”. Meskipun masih ada di depan mata, sang suami sudah tidak bisa lagi mendengar atau bercakap-cakap. Ah, menurut saya tidak ada lagi yang lebih menyakitkan daripada itu. Lebih sakit daripada “jauh di mata dekat di hati”, karena bagi sahabat saya keadaannya dekat di mata dan dekat di hati namun tak bisa tergapai lagi, tak kan pernah bisa…

Ya Allah, itulah maut…datangnya tidak disangka-sangka, bukan hanya oleh kita, tapi oleh yang meninggal itu sendiri. Ingatan saya kembali melayang ke kejadian 2 hari yang lalu sebelum peristiwa itu terjadi. Sore itu almarhum menjemput N dan anaknya yang baru selesai mengkaji sebuah kitab di teras rumah saya. “De, tuh abah” katanya. “Babah…babah…” kata anak yang baru bisa berjalan itu antusias. Almarhum sempat menyapa Faaza yang saya gendong sehabis main becek-becekan di depan rumah. “Faaza…Faaza” katanya, dengan suara seraknya yang khas.

Setelah berpamitan, dengan berboncengan motor, diikuti tatapan saya, merekapun pulang. Dan Ya Allah, setelah kejadian itu, suara khasnya ketika menyapa Faaza, selalu terngiang sampai sekarang.


To be continued….

Jumat, 14 Agustus 2009

KHUTBAH RASULULLAH MENYAMBUT BULAN RAMADHAN




Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.

Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”

Rasulullah meneruskan: “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kai-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin karamallahu wahjah berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.

Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’.”

“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”

“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.”

“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.”

Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”

“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”

“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.”

“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.”

“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.”

(HR. Ibnu Huzaimah)

Saya dan Mangga Muda




Sejak kecil saya sudah senang sama yang namanya mangga muda. Warnanya yang hijau…aromanya yang khas, kulit dagingnya yang berair…selalu saja mengundang selera. Jika ada yang memberi pilihan untuk saya apakah mending dikasih mangga muda atau mangga mateng yang harum dan manis, maka sudah pasti saya menjawab: “mangga muda please…” :)

Entahlah kenapa saya sukaaa sekali sama mangga muda. Mungkin karena dulu beberapa tahun saya sempat di asuh bibi (adik ibu) yang ketika itu masih gadis, sementara orangtua beserta adik saya merantau ke pulau seberang. Nah, bibi saya ini senang sekali mangga muda, berawal dari sanalah saya mulai ikut-ikutan suka. Seingat saya dulu, mamah (panggilan saya ke ibu)begitu cerewet dan ekstra hati-hati kalau saya makan mangga muda, karena sejak kecil dulu saya sering sakit-sakitan. Ketika SD hampir setiap kenaikan kelas, setelah ujian, saya sakit. Maag dan Thypus saya, sering kambuh. Badan saya kerempeng, tinggi dan item hehee…pokoknya UDIN deh, Udah Dekil Item, idup lagi :) Wajar jika mamah marah besar kalau ketahuan saya nekad makan mangga muda.

Tapi, seperti kata orang-orang bilang, semakin dikekang, semakin gak boleh, saya malah semakin menjadi-jadi sukanya. Terlebih saya sering berkomplot dengan adik dan teman-teman tanpa sepengetahuan mamah. Adik saya misalnya menyelundupkan mangga muda dari temen untuk saya makan ketika masih terbaring sakit. Atau diam-diam dia ambil mangga muda bibi untuk diberikan pada saya. Tentu saja saya senang, bayangkan, lagi sakit, makan apapun rasanya pahit…eneg,pengennya yang seger-seger…bagi saya apalagi kalau bukan mangga muda itu. Sering persekongkolan kami terbongkar, sampai mungkin karena saking jengkelnya, mamah menghadiahi kami tamparan di kaki kami. Tapi kami gak jera tuh…

Karena melihat anaknya masih saja sering nyuri-nyuri makan mangga muda di belakangnya, dan baru ketahuan kalau maagnya udah kambuh, akhirnya mamah menyerah dengan syarat: Harus sudah makan, jangan malem-malem, jangan banyak-banyak…dan jangan dapet nyolong hehee…

Sayapun setuju. Mulai saat itu, hobi saya makan mangga muda semakin menjadi…tapi kali ini lebih bertanggungjawab (cailee…), saya tidak mau menghianati kepercayaan mamah. Dan terlebih…saya tidak ingin diancam somasi yang ujungnya kemerdekaan saya untuk memakan mangga muda kesukaan saya itu terampas.

Ada banyak kisah yang mengiringi seputar mangga muda ini. Mulai dari selalu berusaha menjalin persahabatan dengan teman yang mempunyai pohon mangga biar ketika maen ke rumahnya atau ketika panen, bisa kebagian…hehe. Jangan bilang saya memanfaatkan ya, karena ini simbiosis mutualisme kok…karena dari cerita-cerita dan harapan saya, dia jadi lebih bersyukur : “Alhamdulillah…saya punya pohon mangga, saya bisa berbagi dengan teman, dan kalau mau ngerujakpun tinggal ngambil…gak perlu keluar modal. Alhamdulillah…Alhamdulillah…” (ngeles).

Sekali waktu saya diajak orangtua ke saudara jauh. Ketika melihat di depan rumahnya ada pohon mangga yang sedang berbuah, hati saya terkesiap…lansung ngences! Dan sayapun berbisik ke mamah untuk memintakan mangga kepada si empunya rumah. “Oh, belum pada mateng…masih kecil-kecil”, katanya sambil tersenyum. Saya langsung menjawab : “saya lebih suka yang kecil-kecil kok, yang masih muda”. “Tapi kan asem” (maksudnya mungkin sayang kalau diambil). “justru saya suka yang asem”. Akhirnya kami pun pulang dengan membawa beberapa mangga muda yang masih mengeluarkan getah dari pangkal buahnya.

Yang lebih seru, Jika kebetulan saya lewat di depan pohon mangga yang berbuah…saya tak bisa menahan diri untuk mendongak ke atas…kea rah mangga yang masih hijau segar. Kemudian mata saya mengarah ke bawah, ke sekitar pohon, mencari-cari siapa tau apa ada mangga yang masih agak kecil-kecil jatuh. Dan ketika menemukan itu, walau hanya setengah kepalan tangan, saya memungutnya, betul-betul memungutnya! dengan hati yang seakan-akan mendapat hadiah istimewa dari seseorang.

Oya, teman-teman dan sahabat-sahabatku, ketika saya berbicara tentang mangga muda, yang harus anda bayangkan adalah…yang fresh langsung dari pohonnya (terlihat dari leleran getah di pangkal buahnya dan kulitnya masih hijau mulus), yang bau harum khas mangga mudanya masih menyengat, dan ini yang penting…jika dipotong dua, biji buahnya ikut ke potong dan daging buahnya putih segar. That’s ideal.

Eum…saking seringnya saya memakan permacam-macam jenis mangga muda…--walaupun saya tak tau banyak soal nama-namanya--saya jadi tau apakah buah ini masih muda atau tidaak…kalau dipotong, bijinya masih bisa ikut kepotong atau sudah keras. Saya bisa tau itu hanya dengan melihat bentuk buah dan warna kulitnya saja. Hebat ya hihihiii…

Beranjak dewasa, ketika kuliah, ketika saya mulai mempunyai uang saku sedikit dari hasil mengajar dan memberikan les privat, saya terkadang ke pasar sendiri mencari mangga muda. Sering si penjual iseng bertanya : lagi hamil muda ya bu…”. Mungkin karena melihat jubah yang saya pakai, saya hanya menjawabnya dengan senyum.

Itu dulu, sebelum saya menikah. Setelah menikah, hobi saya ini semakin menjadi. Tau dong kenapa…Ya, selain badan saya mulai ndut dan melebar, saya sudah terhindar dari maag dan thypus (konon itu penyakitnya orang-orang kurus), suamipun rela mengantar ke pasar dan mengeluarkan uangnya untuk memanjakan istrinya dengan mangga muda dan buah-buahan asem yang lain seperti huni (buni), dan kupa (gowok). Kalau sudah begitu, saya merasa orang paling kaya di dunia…hehee

Ada yang bilang ketika hamil karena factor hormonal, kita kadang agak bertingkah aneh. Makanan kegemaran malah justru jadi bikin kita eneg. Wewangian menjadi seakan berubah bau yang menyengat ketika kita cium. Malah ada cerita temen yang jadi sebel dan gak mau deket-deket sama suaminya. “bau” katanya. Nah, yang paling lumrah adalah seseorang yang ketika belum hamil gak suka sama yang asem-asem seperti sayur asem, nasi asem, opor asem dan (maaf) ketek asem (itumah kayaknya semua orang juga gak suka ya…kecuali sayur asem tentunya), jadi suka mangga muda yang asem. Jadi doyan ngerujak. Nah dengan analogi terbalik, seseorang yang ketika belum hamil sangat seneng mangga muda yang asem, ketika hamil siapa tau jadi gak suka lagi, malah pengen yang manis-manis. Begitu teman-teman dan sahabat saya berspekulasi tentang saya. Benarkah?

Di tahun kedua pernikahan, saya Alhamdulillah hamil. Dan ternyata…analogi terbalik itu salah. Kegemaran saya sama yang asem-asem semakin menjadi. Dan itu di dukung oleh si bibi sayur langganan kami. “Bi, pokoknya kalau nemu yang asem-asem di pasar, bawa aja, pasti saya beli” janji saya. Si bibi pun sumringah. Hampir setiap hari ada saja buah-buahan asem yang di bawanya…kadang kedondong, mangga muda aneka jenis, mericin (sejenis dukuh tapi asem), kementeng, huni (buni), atau kupa (gowok). Dan yang lebih parah lagi, ketika buah-buahan di atas gak ada, si bibi bawain saya jatake(buah gandaria) muda, yang biasanya dipakai untuk campuran sayur asem sebagai pengganti asam jawa.

Anehnya, saya kurang suka petisan, walaupun bukan berarti gak suka. Buah-buahan itu lebih sering saya makan cukup dengan atau tanpa garam. Setelah di cuci, saya kupas, dan langsung di makan. Tak jarang setelah makan saya menjadikannya sebagai desert. Bahkan ketika hamil, buah-buahan itu saya konsumsi anytime…pagi, siang, sore bahkan malem.

Awalnya agak khawatir juga si jabang bayi nanti takut bermasalah dengan lambungnya. Untuk itu saya berusaha imbangi juga dengan makanan bergizi dan susu ibu hamil. Alhamdulillah tidak ada masalah. Badan saya dan bayi saya bertambah tiap bulannya. Udah kayak gajah bengkak deh. Dengan berat badan 66kg saya melahirkan bayi 3,5kg. Emaknya gendut, anaknyapun gendut dan sehat, Alhamdulillah.

Kembali ke mangga muda, sampai sekarangpun hobi saya masih. Hanya saja, sekarang musti agak sembunyi-sembunyi…tau emaknya ngupas mangga muda, Faaza suka mendekati dan minta bagian “dikiiit aja mi…” katanya. Like mother like son hehee.

Tetangga-tetangga saya dulu sudah hafal tentang hobi saya ini. “kalau mau yang asem-asem, di umi mah pasti ada aja”. So, teras saya sering dijadikan ibu-ibu sebagai basecamp untuk mencicipi petis mangga muda atau asinan buah saya. :) Sampai-sampai salah seorang tetangga saya bilang begini: “kalau ada pertandingan lomba memakan mangga muda dalam satu menit, umi Faaza pasti yang menang…”. Ketika saya tanya kenapa sampai seyakin gitu, tetangga sekaligus sahabat saya itu menjawabnya:” karena umi mah makan nya juga teu kireum-kireum…gak kayak yang keaseman…gak kayak orang lain!”, katanya dengan sangat yakin. What?? :)

Ada lagi satu cerita menarik tentang mangga muda ini. Sebagaimana di komplek umumnya…dari pagi hingga malam, jalan di depan rumah tidak pernah sepi oleh lalu lalang penjual keliling. Mulai dari penjual sayur, siomay, BKI alias bubur kacang ijo, bubur ayam, batagor, mie ayam, dan…tukang rujak. Nah ini yang hampir tidak pernah saya lewatkan. Sambil membelikan Faaza sepotong pepaya atau melon, saya liat tempat buah-buahannya, kalau ada mangga muda, baru saya beli rujak. Apalagi kalau yang lewat tukang rujak langganan, tak jarang saya hanya membeli beberapa mangganya saja. Tapi karena sebenarnya tidak diperuntukan untuk dijual terpisah seperti itu, beberapa buah mangga tersebut saya beli dengan harga cukup mahal jika dibandingkan membeli sendiri di pasar. Suatu kali…(nah ini ceritanya), kelompok pengajian yang saya pimpin--terdiri dari 5 orang ibu-ibu, yang salah satunya tengah hamil muda--ngaji di rumah. Selepas kajian, sambil berbincang-bincang hangat, saya dengan bersemangat mengabarkan bahwa saya punya mangga muda dari penjual buah…”mau gak bu”, tanya saya ke seorang ibu yang tengah hamil muda, sambil mengambil mangga tersebut dari dalam kulkas. Ketika ketiga mangga yang masih kecil-kecil itu saya sodorkan, salah satu ibu-ibu hampir berteriak histeris “Ya ampun neng…itu mah bukan mangga muda tapi pentil, di rumah teh Ela mah mohon maaf, biasanya dibuangin…emang neng beli berapa dari tukang buah itu, tau eneng suka mah nanti teh Ela kasih deh mangga mudanya”. Glekk! Tapi sejak saat itu, pasokan mangga muda saya semakin banyak. :)

Dan di sini, diperantauan saya sekarang, Alhamdulillah saya bisa dengan mudah menemukan mangga muda, bahkan yang kecil-kecil. Walaupun harga 1kg nya kalau dirupiahkan bisa untuk membeli 8kg mangga yang sama. Terlebih, salah seorang sahabat saya menempati sebuah villa, yang kebetulan ada pohon mangganya (jarang-jarang lho…),dan kemarin, sekitar sebulan yang lalu, ketika berkunjung ke rumahnya, saya dihadiahi sekantung mangga muda. Ah, Mungkin itu juga salah satu sebab kenapa saya betah mendampingi suami di tanah rantau berpuluh-puluh ribu kilo jauhnya dari tanah air.

So, bagi saya, mangga muda adalah sesuatu yang sensitive. Jangan bilang-bilang anda mempunyai mangga muda kalau gak akan ngasih saya, hehee. Mangga muda membuat saya merasa lebih bersemangat, dan segar. Jika stok mangga muda saya habis, saya pasti meminta suami untuk mengantar saya ke toko yang biasa menjualnya. Ketika sudah ada ditangan, saya hisap wangi khasnya, saya bersihkan, saya kupas, dan Subhanallah…saya merasakan satu lagi nikmat Allah…Ada syukur saya padaNya, dalam setiap potongannya….

“Rabbanaa maa khalaqta haadza bathilaa...”


Qatar, 12 Agustus 2009

Rabu, 05 Agustus 2009

Islam Bukan Hanya Arab



Assalamu’alaikum wr. Wb

Sahabat dan teman-temanku…
Banyak yang ingin saya utarakan di sini, terutama tentang kegundahan hati ketika membaca beberapa berita yang ada. Tapi saya konsentrasikan pada satu hal saja dulu. Sumbernya saya tulis di sini:
http://gayahidup.liputan6.com/berita/200907/238920/Jelang.Ramadan.London.Siap.siap.Sambut.Wisatawan.Arab

Sebelumnya saya sampaikan, bahwa yang akan saya utarakan di sini bukan untuk membanding-bandingkan atau membuat citra jelek pada negara tertentu. Saya hanya ingin mengajak teman-teman untuk merenung tentang sebagian potret kaum muslimin sekarang ini.

Hidup di perantauan, beribu-ribu mil jauhnya dari kampung halaman membuat kesan tersendiri untuk saya. Selain lebih mandiri (semua dilakukan tanpa ada asisten) juga saatnya untuk belajar bergaul dengan bermacam etnis yang ada.

Negara tempat kami tinggal sekarang, merupakan salah satu negara yg multikultur. Kita bisa menemukan orang dari semua benua di sini. Jumlah pribuminya hanya sekitar 20% dari total jumah penduduk. Sehingga, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Inggris.

Kesan multicultural akan lebih terasa sekali terutama kalau kita sedang berjalan-jalan di mall. Saat pertama, saya sempat takjub melihat suasana yang ada. Kemewahan bangunannya bisa melupakan bahwa kita ada di negeri tandus. Pengunjung dengan berbagai warna kulit, bahasa dan cara berpakaian membuat kita tidak bosan menatap. Wahai…wanita-wanita dengan busana hitam bercadar dan para lelaki dengan jenggot panjang dan memakai jubah putih serta bersorban kepala yang khas, di sini begitu biasa terlihat. Sama sekali tidak ada kesan angker, ekstrimis apalagi teroris seperti yang di image-kan di Indonesia kepada orang-orang yang berpakaian seperti itu. Mereka malah dengan asyiknya berbelanja, makan makanan fast food dan duduk santai di café kelas atas untuk sekedar minum kopi yang harga satu cangkirnya saja bisa untuk sekali belanja bulanan di Indonesia. Oya, jangan aneh kalau di sini kita biasa melihat orang berbelanja se-trolly penuh. “seperti mau buka warung” kelakar seorang teman. 

Dan wahai lihatlah…saya benar-benar takjub (miris?) melihat para wanitanya dengan abaya hitam terbelah depan, menampakkan jelana jeans ketat dengan manik-manik dan sepatu tali hak tinggi, komplit dengan make up tebal dan bibir berpoles lipstick merah. Mereka tidak memakai cadar. Dan konon…inilah wanita pribumi, sedikit dari mereka yang memakai cadar. Mereka kelihatan begitu percaya diri, bak seorang aktris, melangkah anggun dengan jubah yang menyapu lantai.

Hati saya bertambah miris ketika menyaksikan di televisi, yang kebetulan bisa menangkap siaran dari berbagai Negara di Timur Tengah, bagaimana artis-artis mereka, film-filmnya, dan nyanyian-nyanyiannya…sungguh banyak yang tidak mencerminkan agama Islam yang mulia. Kenapa saya miris? Karena mereka berbahasa arab, berbahasa Islam yang agung. Ketika ini saya utarakan ke suami, beliau berkata bahwa di Timteng ini tidak semua yang berbahasa arab itu beragama Islam, itu adalah bahasa keseharian mereka. Iya sih…sayapun tau itu, tapi kok tetep miris….

Hal lain yang menggangu benak saya adalah tentang gossip artis Indonesia, seorang vokalis band terkenal, yang diduga melakukan KDRT terhadap mantan Istrinya. Di situs detik.com, di kolom komentarnya ada yang menulis kurang lebih seperti ini : “Nyanyiin lagu-lagu rohani, kelakuan udah kayak orang-orang arab yang nyiksa para TKW…”

Ketika membaca itu, miris…miris hati saya. Saya sakit hati dengan semua itu, saya gak bisa terima. Bagi saya, ajaran Islam begitu mulia…begitu agung karena turun dari Tuhan Pencipta kita, Allah SWT.
Yang saya tau, Islam bukan hanya Arab. Dan Islam tidak bisa diidentikan hanya dengan itu. Orang Arab tidak semuanya beragama Islam seterang orang Islam tidak hanya Arab. Orang Arab tidak bisa dijadikan tolak ukur bagaimana sesungguhnya Islam itu, karena Al Quran dan hadistlah tolak ukur kita. Tidak ada kelebihan bangsa Arab dan bukan Arab kecuali dengan takwanya.

Berikut kutipan Khutbah Rasulullah SAW ketika haji wada:
“Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa”.

Subhanallah, dari dulu sampai sekarang banyak diantara mereka yang hafidz Al Quran dan menjadi ulama dunia yang terkemuka. Tapi saya melihat sendiri, sekarang ini ada juga yang masih tertatih-tatih membaca Al Quran. Memakai busana muslim dan muslimah ada yang memang benar-benar karena kewajiban, ada juga yang hanya sebagai identitas diri. Sering saya satu tempat shalat dengan para muslimahnya, dan sama sebagaimana kita, ada yang shalatnya baik ada juga yang terkesan asal. Allahu’alam, tapi itulah yang terlihat.

Saya jadi teringat yang dikatakan Pak Ustadz ketika pengajian IndoQAPCO. Bahwa Surga itu milik semua…terbuka untuk semua. Bukan milik para ulama, atau para ustadz dan ustadzah, bukan milik yang berjenggot panjang…tapi milik siapa saja yang beriman dan beramal shalih.

Lantas kenapa sekarang bangsa Arab tidak bisa dijadikan lagi tolak ukur keislaman? Padahal tanah mereka adalah tanah para nabi, bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Islam yang agung. Menurut hemat saya setidaknya karena 2 hal. Yang pertama karena ada pencitraan negative dan yang kedua gazwul fikri dan gazwuts Tsaqafi.

Dengan pencitraan negative oleh musuh-musuh Islam, menghasilkan kesan orang-orang Arab itu barbar, militan, ekstrimis, teroris, keji, suka liwath, sering meyiksa dan memperkosa TKW. Dan dengan gazwul fikri dan gazwuts Tsaqafi efeknya lebih parah lagi. Dan menyangkut hampir semua bidang kehidupan. F3 alias Food, Fashion and Fun yang ada di barat, ada juga di dunia Islam. Belum lagi segala bentuk pemikiran-pemikiran baru yang bersumber dari luar Islam mulai diadopsi. Bagaimana mereka menjalankan ekonominya, mengatur negaranya dan bergaul dengan negara-negara tetangganya tidak terlepas dari faham-faham yang dianggap agung oleh barat dan musuh-musuh Islam. Kapitalisme dan sekularisme telah diadopsi oleh hampir seluruh kaum muslimin sekarang ini. Penyakit wahn yang sudah wanti-wanti diingatkan Rasulullah SAW, mulai menjalar tanpa terasa. Umat kian bingung membedakan antara Hadharah dan Madaniah.

Gazful fikr dan gazwuts Tsaqafi ini lebih hebat pengaruhnya bagi umat Islam, karena telah berhasil memisahkan umat dari syaksiah Islamiyahnya. Mereka masih muslim tapi cara mereka bergaul, bermu’amalah, berpolitik dan berfikir ketika mencari solusi atas masalah-masalahnya, rujukannya bukan Islam. Islam hanya menjadi agama ritual saja dan tidak dipakai sebagai konsep untuk menyelesaikan problematika kehidupan.

Sesungguhnya setiap pribadi muslim dituntut untuk mempunyai Syakhsiah Islamiyah (kepribadian Islami), yang terbentuk dari aqliyah Islamiyah (pola fikir yang Islami) dan nafsiyah Islamiyah (pola sikap yang Islami). Mempunyai pemikiran-pemikiran Islami, dan bertingkah laku serta bersikap yang Islami sesuai dengan pemikirannya tersebut. Bahasa sederhananya adalah Ilmu dan amal. “Al Ilmu bilaa ‘amalin kassajari bilaa tsamar” ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah…dan amal tanpa ilmu akan menghantarkan kita pada kesesatan.

Tapi bukan berarti orang yang bersyakhsiyah Islamiyah tidak akan pernah berbuat salah dan dosa. Manusia bukanlah malaikat. Manusia tempatnya salah dan lupa. Asal kemudian dia bertaubat dan memohon ampun pada Allah SWT. Rasullullah pernah bersabda" Setiap anak adam pasti pernah berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang bertaubat (HR.At-tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas).

Jadi permasalahannya adalah bukan Arab atau non Arab, tapi seberapa jauh seseorang faham dan mengamalkan agamanya. Bersyaksiyah Islamiyah dan menjadikan Islam sebagai kaidah dan qiyadah dalam berfikir dan berbuat. Tidak masalah apakah ia orang arab atau bukan, di hadapan Allah semua sama. Terlebih Islam melarang kita untuk ashabiyah, dan berjuang untuk ashabiyah. Semua orang Islam adalah satu karena diikat oleh aqidah yang satu. Semua orang Islam bersaudara dan diikat dengan ikatan ukhuwah Islamiyah.

Pertanyaannya kemudian, kenapa sampai terjadi stereo negative dan gazwul fikri serta gazwuts Tsaqafi terhadap kaum muslimin?

Ini tidak lain karena 3 pilar pembentukan masyarakat yang Islami telah lemah. Ketakwaan Individunya lemah, kontrol dari masyarakatnya juga lemah. Terlebih tidak ada Negara yang benar-benar care terhadap kondisi kaum muslimin sekarang ini. Umat Islam lemah, tidak bersatu dan mudah untuk diadu domba. Masing-masing kelompok, curiga dengan kelompok lainnya. Masing-masing negara, curiga dengan negara lainnya. Padahal agama kita sama, panduan hidup kita sama Al Quran dan Al hadist. Terlebih kita menyembah kepada Dzat Yang Satu, Allah SWT. Seharusnya kita bisa bersatu.

Terakhir untuk semua, stop pendiskreditan terhadap umat Islam, jangan mengeneralisir hanya karena ada sebagian umat Islam yang sudah luntur keislamannya atau bahkan menyimpang dari ajaran Islam yang agung. Terapkan syariat Islam di seluruh bidang kehidupan, dan perkokoh ketiga pilar pembentukan masyarakat Islam, agar agar hidup kita berkah dalam ridhaNya. Dan secara individu, mari bentuk kepribadian kita menjadi kepribadian Islam yang tangguh dan berpengaruh. Tingkatkan aqliyah kita dengan tsaqafah-tsqafah Islam dan latih nafsiyah kita dengan lebih meningkatkan ketaatan kita kepada Allah SWT. Insya Allah dengan begitu, Islam dan kaum muslimin akan kembali mulia, seperti sejatinya.

Allahu A’lam.

Sabtu, 27 Juni 2009

Hari kemarin itu...


Assalamu’alaikum teman-teman….saya ingin berbagi cerita.

Subhaanallah, kemarin hari yang sangat berarti bagi saya. Hari itu saya belajar tentang kuasa Allah dan hikmah kehidupan.

Sore kemarin saya ke Souq As Syria (orang kita biasa menyebutnya Sukasirih—entah kenapa, mungkin biar serasa Indonesianis he..he ) untuk membeli daging sapi. Souq Assyiria adalah kawasan pertokoan segala macam kebutuhan, tak heran hari libur begini kawasan tersebut macet dan susah mencari tempat parkir (harus cari parkir sendiri, gak ada tukang parkir seperti di Indo). Setelah mencari-cari parkiran hampir setengah jam lamanya, Alhamdulillah akhirnya dapat juga, disamping sebuah Rawnaq (toko buku), di depan Money Changer. Dan kami benar-benar merasa beruntung karena pas di depan money changer itu ada sebuah ATM. Sebelum belanja, kami bermaksud mengambil uang dulu. Kebetulan kartu ATM ada di dompet saya, maka sayalah yang maju. Dengan tanpa melihat dulu layar monitor (cuaca masih panas, agak silau), saya masukkan kartu. Tapi kemudian macet, monitor ternyata error dan kartu tertelan. Ya Ilahi…akhirnya suami menelepon costumer servis dan ternyata kartu yang tertelan baru bisa kembali setelah 7 hari. Innalillahi, mana di dompet kami hanya ada beberapa real saja. Tapi kemudian kami agak lega saat tau masih bisa mengambil uang dengan buku.

Berkali-kali saya minta maaf, suami saya hanya bilang “lain kali mesti lebih hati-hati lagi…diliat dulu yang benar…” (cool banget). Beberapa orang yang bermaksud ambil uang juga, datang menghampiri dan bertanya kenapa? Is it work? Dll. Di tengah kebingungan begitu ada seseorang (sepertinya Bangladesh atau India) yang memakai baju seragam (saya awalnya kurang memperhatikan seragamnya), dia menghampiri kami dan bertanya kenapa sambil mengecek monitor. “masih butuh waktu” katanya. “Cari ATM lain”, katanya lagi. “Tapi kartu saya tertelan” kata suami. “Oh, siapa namamu”, katanya sambil masuk ke dalam gedung money changer. Setelah di jawab, kamipun mengikutinya ke dalam. Ternyata dia adalah petugas servis ATM, dan kartu ATM yang tertelan bisa dengan mudah dia ambil. “still servis” katanya tersenyum. Sontak kamipun berterimakasih berkali-kali, yang dibalas dengan senyuman tulus. Subhaanallah…

Ditengah kecemasan dan perasaan bersalah yang menumpuk. Ditengah panasnya udara summer yang membuat tubuh cepat letih. Dan ditengah kebingungan mesti melakukan apa. Ditengah awan mendung dan kesuraman kami, Allah menolong kami dan membalikkan semua keadaan…Subhaanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallah Allahu Akbar!
Ya Allah, betapa gagahnya Engkau… Kau ciptakan pelangi setelah hujan, hujan setelah kekeringan, hembusan angin ketika panas menyengat, malam dan siang, matahari serta bintang, dan semua yang membuat kami sadar akan keagunganMu.

Kau selalu memberikan perlindungan dalam ketakutan-ketakutan kami, jawaban dari kegelisahan-kegelisahan kami. Kau selalu mendengar pengaduan kami, keluh kesah kami, dan do’a-do’a kami.

Kau selalu mendengar, selalu menjawab, selalu melindungi, dan selalu mengabulkan segala permohonan, walaupun telah banyak maksiat yang kami lakukan. Walaupun banyak dosa yang belum kami Istigfarkan.” Ya Ilahi…ampuni kami…” dalam do’a dan keharuan, syukurku tak terhingga.

Petualangan dilanjutkan dengan mencari lagi mesin ATM. Ditengah udara sore saat summer begini, berjalan kaki seperti mandi sauna (bagus untuk saya he3) . Lumayan cukup lama kami berjalan (pipi faaza udah kemerahan), sebelum akhirnya menemukan mesin ATM dan membeli beberapa kilo daging. Alhamdulillah…

-----------
Malam selepas Isya kami bersilaturahmi ke rumah seorang teman yang baru datang dari Indo untuk mengisi liburan anak-anaknya. Sekalian ambil titipan teri medan dan baso super (jadi malu nih), juga berbagi siomay yang saya buat tadi siang. Saya datang bersama 2 keluarga lain. Ditengah asyiknya ngobrol ngalor ngidul, tiba-tiba bel pintu berbunyi dan satu keluarga dengan 2 anak laki-laki balita, datang berkunjung. Sang istri bergabung dengan kami para istri. “Siapa nih, belum kenal” bisik hati saya. “Dengan ibu siapa ini ya…baru ketemu” kata saya sambil salaman dan cipika cipiki. Belum terjawab pertanyaan, mata kami beradu pandang…Ya Ilahi…tubuh mungil, putih, dengan bentuk muka yang khas…tidak salah lagi, dia, pasti dia…

“Dyah…?” kata saya. Seperti saya, diapun terlihat kaget dan menyebutkan nama saya. Sekali lagi, kamipun berpelukan, kali ini lebih lama. Ternyata sahabat saya itu sudah hampir 2 tahun di sini, suaminya satu tempat kerja dengan abinya Faaza. Mereka bahkan sudah saling kenal, tanpa mengetahui istri-istri mereka adalah sahabat lama. Dyah udah punya 2 anak sekarang, usia 2 tahun dan hampir satu tahun. Sayapun mengenalkan anak semata wayang saya, Faaza yang sudah berusia 4 tahun dan sampai sekarang masih menunggu adik. :)

Malam itu, saya bertemu sahabat saya yang hampir 9 tahun tidak bertemu. Sahabat saat kuliah dulu, saat masih kurus dulu he3. Terbayang dulu saat kami berdua membagi-bagikan undangan pengajian ke komplek-komplek. Terbayang saat kami berdua berusaha mengantarkan surat izin tempat untuk sebuah acara. Terbayang saat kami ditolak oleh seorang bapak ketua DKM di sebuah perumahan elit karena disangka yang minta-minta sumbangan. “Maaf-maaf ya neng”, katanya sambil menepis-nepiskan tangan. Setelah dengan susah payah kami menerangkan maksud kedatangan kami, dan saya sodorkan kartu mahasiswa saya, si bapakpun mau menerima kami. Ah…

Ingat Dyah, ingat juga kelurganya yang baik. Ibu-bapaknya yang guru, kakak-kakanya yang shalihah dan adik bungsunya yang cantik. Sudah sering saya ke rumahnya dan mencicipi lezatnya masakan ibunya. Kulit tangkil dan tempe yang dimasak pedas manis…eumm.

Suatu kali, Dyah mengajak saya ke kebun kacang. “kita panen kacang yuk, mau gak?” katanya. Tentu saya iyakan, well…kacang rebus salah satu makanan paforit saya. Dengan sekali naik angkot, dan berjalan sebentar, kamipun sampai. Dan yang takkan terlupakan, kami 2 orang gadis kurus dengan jubah dan kerudung panjang, melepas kaos kaki dan langsung terjun ke medan pertempuran…eh, kebun kacang. Dengan semangat ’45 kami memanen kacang tanah dengan tangan kami sendiri, hanya berbekal pisau dapur. Tidak semua, hanya terkumpul sekita 5-6 kg saja, tenaga kami sudah terkuras. Dan hari itu, kami menikmati kacang rebus hasil panenan kami. Subhaanallah…

Hari kemarin, hari yang sangat berarti buat saya, hari saya benar-benar merasa Allah begitu dekat dengan saya. Allah selalu melindungi saya. Dan pertemuan saya dengan sahabat lama saya, lebih meyakinkan saya bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini jika kita beriman dan bertakwa…Amin. Jadi inget nasyidnya Raihan tentang Ash Habul Kahfi…”Laisa Filkauni muhallun ‘alaih, idza aamanna wattaqau…”

Al Wakrah, Qatar 26 Juni 2009

Kamis, 14 Mei 2009

Takut Kepada Allah



Definisi
Rasa takut merupakan manifestasi naluri mempertahankan diri (garizah baqa’) yang merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Dan sebagaimana naluri, rasa takut ini tidak akan muncul dengan sendirinya kecuali ada faktor yang membangkitnya, baik berupa fakta terindera ataupun pemikiran. Pada kondisi-kondisi tertentu rasa takut ini memang harus ada dan diadakan. Tapi dalam kondisi lain, rasa takut ini tidak boleh ada dan harus dihilangkan. Dengan pemahaman yang benar, kita akan mengetahui, mana yang harus diadakan dan mana yang harus dihilangkan. Rasa takut terhadap bahaya yang memang benar-benar menbahayakan adalah sesuatu yang bermanfaat dan harus ada. Rasa takut kepada Allah dan adzabNya adalah perkara yang bermanfaat dan harus ada, agar kita senantiasa melaksanakan perinta-perintahNya dan menjauhi larangan. Agar kita takut untuk berbuat dosa dan bermaksiat padaNya. Rasa takut seperti ini jika senantiasa ada pada jiwa manusia, akan membuat kita senantiasa berada dijalan lurus, terikat dengan syariatNya.

Takut kepada Allah merupakan kewajiban.
Dalilnya di dalam al-Quran dan as-Sunah sangat banyak, diantaranya:

1.“…janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu
benar-benar orang yang beriman”.
(TQS. Ali ‘Imrân [3]: 175)
2.Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)
takutlahKepadaKu
. (TQS. al-Mâidah [5]: 44)
3.Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka,
… (TQS. al-Anfâl [8]: 2)

4.Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu
adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika)
kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari
anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu
lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan
tetapi azab Allah itu sangat keras (TQS. al-Hajj [22]: 1-2)

5.Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri
dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
cukup menyibukkannya. TQS. ‘Abasa [80]: 34-37)

6.Diriwayatkan dari an-Nu’man bin Basyir ra. ; aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda: Sesungguhnya azab yang paling ringan dari penghuni neraka pada hari
kiamat ialah seorang yang diletakkan pada kedua telapak kakinya sepotong bara api
yang menyebabkan otaknya mendidih. (Mutafaq ‘alaih)

7.Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Kelak manusia akan
berdiri menghadap Tuhan Semesta Alam, hingga salah seorang dari mereka tenggelam
dalam keringatnya sampai ke paras kedua telinganya. (Mutafaq ‘alaih)

8.Dari Anas ra., ia berkata; Rasulullah saw. pernah berkhutbah yang aku tidak pernah
mendengar khutbah seperti itu selamanya. Rasulullah saw. Bersabda: Jika kalian
mengetahui apa yang aku ketahui, maka niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak
menangis. Kemudian para sahabat Rasulullah saw. menutup wajah mereka dan mereka
menangis tersedu-sedu. (Mutafaq ‘alaih)
Balasan Bagi yang takut kepada Allah

• Dalam hadist qudsi Nabi saw. Bersabda: Allah SWT berfirman: Demi kemulian-Ku, Aku
tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba.
Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan bemberikannya rasa aman di hari
kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut
kepadanya di hari kiamat. (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya).

• Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (TQS. ar-
Rahmân [55]: 46)


• Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Allah
berfirman, “Jika hamba-Ku bermaksud melaksanakan maksiat, maka janganlah ditulis
hingga ia melaksanakannya. Jika ia melakukannya, maka tulislah kesalahaan itu
dengan satu kesalahan. Jika ia meninggalkannya karena Aku, maka catatlah sebagai
sebuah kebaikan. Jika hamba-Ku bermaksud melaksanakan sebuah kebaikan tapi ia
belum sempat melaksanakannya, maka catatlah sebagai sebuah kebaikan. Jika ia
melakukannya, maka catatlah sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali
lipat. (Mutafaq ‘alaih)

• Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan- Nya, pada hari
yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu …(salahsatunya) Seorang lelaki
yang diajak seorang perempuan cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia
berkata, “Aku takut kepada Allah!”. (Mutafaq ‘alaih)

Bagaimana untuk memunculkan rasa takut kepada Allah ?

1.Refresh keimanan kita dengan selalu mentadaburi dan mentafakuri alam, mengkaji Al
Quran, dan bermuhasabah diri.
2.Pertebal keimanan kita kepada hari pembalasan.
3.Ihsan
4.Tingkatkan frekuensi ibadah


Khatimah

Rasa takut bisa menjadi hal yang berbahaya dan bisa menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Agar manusia bisa menghindarkan diri dari bahaya rasa takut, dan agar bisa menikmati manfaatnya, ia wajib menyesuaikan rasa takutnya dengan pemahaman-pemahaman yang benar, yang tidak lain, pemahaman Islam.

Rabu, 13 Mei 2009

Agar Suami Makin Cinta


Adalah hal yang fitrah kalau seorang wanita ingin dikatakan cantik oleh pasangannya. Begitupun saya. Saat badan kian melar, terkadang rasa PD kepada suami berkurang. Saya pernah membicarakan ini dengan suami, dan jawabannya tidak membuat saya semangat untuk berdiet. “yang penting umi sehat, bagi abi gak masalah bla…bla…bla”.

Seorang sahabat menyarankan saya meminum green tea plus lemon untuk menurukan berat badan. Di hari ketiga, suatu malam sesaat setelah saya minum lemon tea, tiba-tiba saya pusing dan lemas banget…rupanya maag saya kambuh, saya lupa tidak makan sore, dan asemnya lemon membuat lambung saya gak kuat. Walhasil sejak saat itu suami melarang saya untuk diet-dietan. “Kalau umi pengen diet, banyak-banyak aja puasa, yang rajin puasa senin kamisnya” katanya. Ah, suamiku...

Saat ibu-ibu ramai membicarakan kosmetik dengan beragam merk dan berbagai khasiatnya, saya hanya bisa tersenyum. Dari dulu, sejak kami menikah, suami kurang suka kalau saya memakai lipstik atau memakai bedak berlebih (menurut beliau). Pernah suatu kali, di rumah ketika menunggu suami pulang, saya berdandan dan memakai lipstiki. Bukannya senang, beliau malah tersenyum aneh dan membuat saya benar-benar malu. “Umi pakai lipstik ya…”katanya geli.

Sebenarnya saya sendiripun termasuk orang yang malas berdandan. Dulu…hanya saya di keluarga yang selalu sering lupa memakai bedak. Hand&body lotion saya bisa awet sampai setahun karena jarang dipakai. Begitupun dengan bedak dan pelembap. Untuk kosmetik, apa yang direkomendasikan mamah saya, itulah yang saya pakai. Ketika mamah saya memakai merk A, saya ikut memakai merk A. Ketika mamah berganti ke merk lain, sayapun berganti. He…he.

Seingat saya, saya belum pernah membeli lipstik. Hanya pemberian bibi, kakak ipar dan terakhir mamah saya. Itupun tidak baru. Dan seingat saya hanya beberapa kali saja saya memakainya. Terakhir, ketika suatu kali mamah berkunjung ke rumah, sehabis saya operasi, lipstik beliau ketinggalan di rumah, sayapun memintanya karena tertarik warnanya yang natural. RedA 610, sampai sekarang menemani saya di Qatar.
----

Masih seputar kecantikan. Suatu kali saya menanyakan pendapat suami kalau saya memakai kawat gigi seperti ibu-ibu yang lain. Terjadilah dialog seperti ini:
“Bi, boleh gak umi pake kawat gigi, biar lebih rata dan tambah cantik…” kata saya kepada suami.
“emang umi pengen dibilangin cantik sama siapa? ”
“Ya sama abi dong”.
“Bagi abi, umi udah cantik kok”.
“tapi kan biar giginya jadi rata, bagus”.
“Kalau menurut abi sekarang udah bagus kok”.

Sayapun terdiam.
-----

Suatu kali saat kami dikendaraan, saya iseng-iseng bertanya:
“Abi emang tetep cinta sama umi padahal umi udah ndut begini?”
“Iya…”
“tapi masa sih sebagai laki-laki gak suka sama yang cantik-cantik…yang langsing-langsing”
“Dari dulu abi mah gak mempermasalahkan itu sih mi. Buat abi, fisik itu gak terlalu penting, yang penting bisa membawa Abi untuk jadi lebih baik lagi”


Saya terharu mendengarnya, tapi kemudian saya menyahut:

“ah abi mah, umi kan jadi tenang denger begitu…tapi nanti semakin lama-semakin lama, umi tambah ndut…udah gak menarik lagi, abi nikah lagi he…he…he…” (kami berdua meyakini bahwa poligami adalah salah satu hukum Allah, dan saya bukan yang “anti” poligami)
“Rasa cinta, rasa suka dan masalah pernikahan itukan bukan kita yang ngatur, Allah yang ngatur, makanya umi harus banyak-banyak berdo’a biar abinya gak…” katanya tanpa menyelesaikan kalimatnya. Saya langsung memotong:
“Iya ya bi ya, subhanallah…hebat abi mah. Tapi kalo umi laki-laki pun sepertinya umi juga akan mempunyai pendapat seperti abi”.

Pembicaraanpun selesai.
----

Ibu yang shalihah dan teman-teman yang saya cintai karena Allah…
Saya mempunyai seorang sahabat yang sekarang ini, di musim panas ini sedang semangat-semangatnya berpuasa. Katanya untuk mengqadha puasa yang dulu ketika hamil dan menyusui kedua anaknya, dia tinggalkan. Bulan Ramadhan nanti rencananya sahabat saya ini akan pergi umroh dan sebelum itu dia bertekad untuk melunasi hutang puasanya. “Masa hutang sama manusia saja harus dibayar, hutang sama Allah gak” ujarnya. Mendengar itu, subhaanallah…saya sungguh terharu.

Saya instrospeksi diri. Setelah saya gendut, saya agak berat untuk berpuasa sunah. Sudah semakin jarang puasa senin kamis saya amalkan. Pernah suatu ketika saat saya berpuasa, di sore hari hanya bisa baringan saja, untuk berbicarapun lemah, seperti orang sakit. He..he. Melihat itu, suami saya tertawa-tawa dan meledek “Liat Faaza, kasian uminya lemes! udah…umi buka aja…buka aja sana…ha..ha…ha”. Saya hanya bisa tersenyum, terlalu lemah untuk menjawab, hanya dalam hati bilang “sayang dong Bi…kan sebentar lagi magrib”. He..he.. Seperti anak kecil, sering puasa sunah saya hanya bertahan sampai dhuhur……memalukan memang. Ah, Ya Rabb…ampuni hamba ya Rabb…

Setelah mendengar cerita sahabat saya, suami menyemangati saya untuk mulai berpuasa lagi. Dan Alhamdulillah…senin kemarin dengan tekad kuat saya berpuasa, tidak seberat yang saya bayangkan, tidak seberat seperti sebelum-sebelumnya. Sore hari, sekitar jam setengah 6, saya sms suami yang masih ada di tempat kerja, baru jam 7 malam nanti beliau pulang.
“Assalamu’alaikum…Bi, umi masih puasa lho…ternyata umi bisa kuat juga ya bi…Alhamdulillah.”

Beberapa saat kemudian HP saya bunyi. Sms dari suami.

“Wassalamu’alaikum…wah, hebat euy…abi aja gak kuat..subhanallah..jadi makin cinta”.

Ah Saya bahagia, benar-benar bahagia. Subhanallah…saya genggam HP saya erat-erat. Sekarang dengan keyakinan pasti, saya telah menemukan cara, bagaimana agar suami makin cinta.

Uhibbuka Fillah Abi…

Catatan:
Abi dalam bahasa Arab berarti Bapakku. Sebenarnya diperuntukkan sebagai panggilan anak kepada Ayahnya. Tapi kebiasaan di Indonesia, istri pun memanggil suami dengan sebutan Abi, maksud sebenarnya untuk membahasakan anak agar terbiasa memanggil Abi. Begitu pula dengan panggilan Umi kepada Ibu.

Selasa, 05 Mei 2009

Memelihara dan Mengamalkan Al Quran (1)



Al-Quran yang mulia adalah firman Allah Swt. Al-Quran
diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw., melalui wahyu
yang dibawa oleh Jibril, baik lafazh maupun maknanya;
membacanya merupakan ibadah, sekaligus merupakan mukjizat
yang sampai kepada kita secara mutawatir. Allah Swt. berfirman:
"Tidak datang padanya kebatilan dari sebelum dan sesudahnya,
diturunkan dari Dzat yang Maha Bijak dan Terpuji.."(TQS. FushShilat [41]: 42)


Al-Quran adalah kitab yang dijaga dengan penjagaan Allah sendiri. Allah berfirman:Sesunguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan Kami pasti
akan menjaganya. (TQS. al-Hijr [15]: 9)


Al-Quran adalah kitab yang mampu menghidupkan jiwa dan menentramkan hati. Dengan izin Tuhan mereka, al-Quran bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya; yaitu jalan Dzat yang Maha Perkasa lagi Terpuji. Siapa saja yang berkata dengan menggunakan al-Quran, pasti akan terpercaya. Siapa saja yang mengamalkannya, pasti akan beruntung. Siapa saja yang memutuskan hukum dengannya, pasti akan adil. Dan siapa saja yang mendakwahkannya, pasti akan mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus.

Al-Quran adalah sebaik-baik bekal bagi setiap muslim. Lebih-lebih bagi para pengemban dakwah. Dengan al-Quran hati akan menjadi hidup. Dengannya, semua sandaran akan semakin kokoh. Para pengembannya akan menjadi seperti gunung yang berdiri kokoh, sehingga dunia pun menjadi kecil baginya ketika berada di jalan Allah. Dia akan senantiasa mengatakan yang hak, dan tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela, sematamata karena Allah. Dengan al-Quran, sesuatu yang mudah diombang-ambing oleh angin lantaran bobotnya ringan, menjadi lebih berat bobotnya di sisi Allah, ketimbang gunung Uhud, karena dia senantiasa membaca al-Quran; dia membasahi lisannya dengan al-Quran, dan jari-jemarinya pun menjadi saksi.

Seperti itulah para
sahabat Rasulullah saw. mengarungi kehidupan dunia ini, seolaholah
mereka seperti al-Quran yang berjalan. Mereka senantiasa menelaah ayat-ayatnya, membacanya dengan sungguh-sungguh, mengamalkan isinya dan mendakwahkannya. Jiwa mereka pun tergetar oleh ayat-ayat adzab, dan hati mereka pun menjadi senang
karena ayat-ayat rahmat. Air mata mereka bercucuran karena tunduk terhadap kemukjizatan dan keagungannya, serta patuh terhadap hukum-hukum dan hikmahnya.

Mereka menerima al Quran langsung dari Rasulullah saw. sehingga ayat-ayatnya pun menghujam dalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Karena itu, mereka menjadi manusia-manusia mulia dan menjadi para pemimpin; orang-orang yang berbahagia dan beruntung. Ketika mereka ditinggal oleh Rasulullah saw. menuju tempat yang paling
tinggi di surga ‘illiyyin, mereka tetap konsisten memelihara al-Quran, sebagaimana wasiat Rasulullah saw. Maka para penghafal (pemelihara) al-Quran tadi senantiasa berada di barisan terdepan ketika melaksanakan amar makruf dan nahi munkar. Para
pengemban al-Quran itu juga senantisa menjadi terdepan dalam segala kebaikan dan terdepan dalam menghadapi segala rintangan di jalan Allah Swt.

Sesuatu yang paling berharga bagi kaum Muslim umumnya,dan para pengemban dakwah khususnya, adalah bahwa hendaknya al-Quran senantiasa menjadi penyiram hati mereka, dan teman setia yang mengiringi setiap langkah mereka. Karena al-Quran akan
membimbing mereka untuk meraih semua kebaikan, dan mengangkat kedudukan mereka lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Mereka harus senantiasa memeliharanya di tengah malam dan di penghujung siang,dengan membaca, menghafal dan mengamalkannya, sehingga
mereka akan menjadi sebaik-baik generasi khalaf, mewarisi generasi
salaf yang terbaik.

Berikut ini adalah ayat-ayat al-Quran beserta hadits Nabi yang menceritakan tentang turunnya al-Quran, jaminan terpeliharanya, tentang petunjuknya, keutamaan membacanya,
dan segala kebaikan yang sangat banyak di dalamnya, dari dan disekitarnya:

"Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan". (TQS. asy-Syu’arâ [26] : 193-194)

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan Kami pasti
akan menjaganya". (TQS. al-Hijr [15]: 9)

"Tidak datang padanya kebatilan dari sebelum dan sesudahnya,
diturunkan dari Dzat yang Maha Bijak dan Terpuji.. "(TQS. Fush
Shilat [41]: 42)

"Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan
yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar". (TQS. al-Isra [17]: 9)


"Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu
sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orangorang
yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya
dan menjuluki mereka ke jalan yang lurus". (TQS. al-Mâidah [5]:15-16)

"(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (TQS. Ibrahim [14]: 1)

"Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram".
(TQS. ar-Ra’d [13]: 28)

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran? Kalau
kiranya al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya". (TQS. an-Nisa
[4]: 82)



__________
sumber kitab Minmuqawwimat An-Nafsiyah Al Islamiyah

Kamis, 30 April 2009

Catatan kecil

Potret Arab Saudi di Masa Datang: Menghilangkan Jejak Rasulullah?

Senin, 27/04/2009 15:56 WIB
“Arab Saudi, seperti juga negara-negara lain yang bergelimang harta, terus melakukan modernisasi. Selain secara pemikiran, seperti diangkatnya seorang perempuan dalam jajaran kementrian di negara itu, juga pembangunan fisik pun dilakukan. Tetapi, pengembangan Arab Saudi, khususnya kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak memedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan sahabatnya.”
(http://www.eramuslim.com/berita/dunia/potret-arab-saudi-di-masa-datang.htm)

Ini pulalah yang saya rasakan ketika untuk pertamakalinya pergi umroh kemarin. Ditengah keharuan bisa melihat ka’bah, bisa menyentuhnya dan beribadah di depannya, hati ini tertegun melihat gedung tinggi yang dibangun disamping mesjidil haram yang terlihat congkak. Gedung itu akan terlihat, terlebih bila kita masuk melalui pintu Baabul Fath. Sambil ber’itikaf menunggu waktu shalat, saya termenung…menurut saya kurang pantas ada bangunan tinggi lain yang mau tidak mau akan terlihat ketika kita melihat ka’bah. Bagi saya, selain mengganggu pemandangan, juga mengesankan kesombongan kita sebagai manusia, terlebih yang mempunyai ide untuk membangunnya.



Ketika kegelisahan itu saya lontarkan ke suami, beliau mengatakan bahwa konon katanya pembangunan gedung tinggi/ hotel itu dimaksudkan agar orang yang shalat di dalamnya seperti shalat di mesjidil haram itu sendiri karena langsung bisa memandang ka’bah. Innalillahi…kata saya, kok jadi terkesan seperti hotel berbintang 7 di tepi pantai dengan pemandangan langsung ke laut lepas…kesannya komersial banget! Perih hati saya memikirkan semua itu. Apakah saudara-saudara muslim saya yang lain merasakan seperti yang saya rasakan? Apakah mereka merasa terganggu? Atau karena saya tidak khusyu dan membesarkan masalah? Ah…

Inilah rumah Allah yang tercatat dalam Al Quran. Inilah rumah Allah yang dibangun oleh tangan-tangan suci para nabi-Nya. Inilah rumah Allah yang penuh sejarah dan perjuangan. Betapa Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yang mulia telah mensucikan tempat ini dari berhala-berhala kejahiliahan. Menjadikannya sebagai majlis ilmu, pusat dakwah dan perjuangan. Tak dapat ditahan airmata ini jika sudah mengingat itu semua. Inilah rumah Allah yang kami, seluruh kaum muslim selalu rindukan. Untuk sampai padanya, untuk bisa datang dan shalat didalamnya, kami rela datang jauh-jauh. Kami rela menjual sawah, kami rela menjual kerbau, kami rela menyisihkan lembar demi lembar pendapatan kami untuk bisa membayar ongkos yang bagi kami tidaklah sedikit. Untuk sampai padanya, tak kami hiraukan lagi badan tua kami yang mulai sakit-sakitan. Tak kami hiraukan lagi kebiasaan mabuk perjalan yang sangat-sangat panjang. Tak kami hiraukan lagi ladang, ternak dan perniagaan yang kami tinggalkan. Kami kuatkan hati meninggalkan keluarga tercinta untuk beberapa lama. Dan kami redam kegelisahan, ketakutan dan rasa cemas kami ketika harus naik pesawat, karena banyak diantara kami, untuk pertamakali inilah naik pesawat.

“Ketika Nabi Ibrahim a.s. selesai membangun Kakbah, Allah Taala memerintahkannya untuk menyeru manusia untuk melaksanakan haji. Allah Taala berfirman:
وأذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق
Artinya, "Serukanlah kepada seluruh manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. "
Nabi Ibrahim berkata kepada Allah Taala, "Wahai Tuhan! Bagaimana suaraku akan sampai?" Allah Taala berfirman, "Serulah! Aku yang akan membuat suaramu sampai."
Kemudian Nabi Ibrahim as. naik ke gunung Qubis dan memasukkan jari tangannya ke kuping sambil menghadapkan wajahnya ke Timur dan Barat beliau berseru, "Wahai sekalian manusia telah diwajibkan kepadamu menunaikan ibadah haji ke Baitul Atiq, maka sambutlah perintah Tuhanmu Yang Maha Agung." Seruan tersebut telah didengar oleh setiap yang berada dalam sulbi laki-laki dan rahim wanita. Seruan itu disambut oleh orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah Taala bahwa ia akan melaksanakan haji, Mereka berkata:
لبيك اللهم لبيك
"Telah saya penuhi panggilan-Mu, Ya Allah! Telah saya penuhi panggilan-Mu."(dari berbagai sumber)

Inilah Baitullah itu. Kami pergi kepadanya bukan karena keindahan masjidnya. Bukan karena kemewahan bangunannya. Atau kerumitan arsitekturnya. Bukan karena keindahan kain penutup ka’bahnya. Bukan pula karena ingin disebut “wah hebat” oleh sesama manusia. Tapi karena memenuhi panggilan Allah…karena ini suatu kewajiban…karena ini suatu kenikmatan. Betapa Allah menjanjikan pahala berlipat bagi shalat khusyu yang dilakukan di Baitullah. Inilah yang kami tuju. Karena inilah kami datang.

“Labbaikallahumma labbaik…”
Siapapun pasti akan menangis jika mengucapkannya, dengan sepenuh hati.

Jadi tolong…tolong wahai para penguasa kaum muslimin. Berhenti untuk mempolitisasi dan menjadikannya sebagai objek untuk meraih keuntungan.

Jumat, 10 April 2009

Alhamdulillah....

Assalamu'alaikumwarahmatullahi wabarakaatuh...
Apa kabar ibu yang shalihah...sahabat-sahabat semua? Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan perlindungan untuk sahabat sekeluarga.
Terimakasih untuk semua sahabat yang telah mendo'akan. Berkat do'anya Alhamdulillahirabbil 'aalamin saya sekeluarga sudah kembali ke rumah dengan selamat.

Selasa, 24 Maret 2009

Mohon Do'anya

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh...

Ibu-ibu dan teman2 yang dirahmati Allah... InsyaAllah pagi ini tanggal 25 Maret, saya dan keluarga akan berangkat pergi umroh. InsyaAllah kita kembali tanggal 3 April. Mohon do'anya dari semua ibu-ibu, teman-teman dan semua sahabat yang mengunjungi blog ini, agar kami sekeluarga dilancarkan perjalanannya, dimudahkan dalam beribadah, dan bisa pulang kembali dengan selamat...Amin. Allahummaj'alna umratan maqbuulatan wamabruuratan, wa sa'yana sa'yan masykuuran...Amin ya rabbal 'aalamin...

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Sabtu, 21 Maret 2009

Melepas Faaza Sekolah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuh.
Ibu yang shalihah…Insya Allah 5 april Faaza mulai masuk sekolah (Nursery).Karena ini yang pertamakali untuk kami, jadi exciting juga. Masih terbayang 3,8 tahun yang lalu, bayi yang kami nantikan kurang lebih 2 tahun, atas izin Allah SWT lahir ke dunia, lewat operasi Caesar.


Eumh, Faaza Fauzan Azhiima, saya kutip dari akhir ayat 71 surat Al Ahzab [33]. Faaza adalah Fiil madi yang berarti telah menang. Yang saya tau, merupakan asal kata dari nama-nama seperti Faaiz (isim fail dari Faaza) yang berarti orang yang menang, dan Fauzi yang berarti kemenanganku. Faaza Fauzan Azhiima artinya Menang dengan kemenangan yang agung.

Semua orang tua pasti mempunyai harapan terbaik kepada putera puterinya. Dan dengan nama itu kami berharap anak kami menjadi penerus perjuangan umat, pembawa tongkat estafet dakwah, generasi yang akan mengembalikan Islam dan kaum muslimin pada kemuliaan. Amin. Cita-cita yang sangat tinggi, tapi cita-cita memang harus tingi bukan…


Ada anak yang selalu lendotan sama ibunya. Kemana ibunya pergi, ia akan ikut. Sampai-sampai ibunya mau ke kamar mandipun ia ingin ikut. Ketika berhadapan dengan orang baru atau lingkungan baru, butuh waktu cukup lama untuk beradaptasi. Faaza sebaliknya. Dia berani dan supel. Jika kita berjalan kaki, dia tidak mau dituntun. Tangan kita akan ditepisnya. Sekuat apa kita memegang, sekuat itu pula dia melepaskan diri. Dan sepertinya dia tidak bisa berjalan…tapi selalu berlari . Tapi, ketika bertukar pengalaman dengan ibu-ibu lain, khususnya yang mempunyai anak laki-laki, ternyata memang hampir semua anak seperti itu. Ya, kita memang musti ekstra sabar dan ekstra hati-hati.

Sengaja saya memilih sekolah yang paling dekat dengan rumah. Sekitar 1 km, agar Faaza tidak perlu naik school Bus. Rasanya masih khawatir melepas anak sendirian ke sekolah.InsyaAllah Faaza akan diantar jemput oleh seorang Mrs asal Pakistan, bersama 4 orang temannya yang lain.

Duh Ibu, rasanya ingin sekali saya mengantar jemput Faaza setiap hari. Menungguinya di luar ketika ia belajar, dan pulang bersama-sama, seperti TK di Indonesia. Tapi disini, anak tidak boleh ditunggui. Dan untuk mengantar jemput sendiri, saya belum punya SIM. Disini tidak bisa sembarang orang menyupir, jika tertangkap, bisa dideportasi.

Sebenarnya tidak ada yang perlu saya khawatirkan, Faaza sudah ingin sekolah, sayapun sudah melatihnya toilet training. Faaza supel dan cepat untuk beradaptasi. Tapi tetap sulit sekali bagi saya untuk melepasnya, tanpa bisa melihat dan memperhatikannya. walau hanya untuk 3 jam (jam 11 sudah pulang). Tapi saya sadar, memang sudah saatnya anak kita dilatih mandiri, menghadapi dunianya sendiri. Mungkin semua ibu pernah merasakan seperti yang saya rasakan sekarang. Betapa beratnya hati kita melepas anak kita untuk pertamakalinya bersekolah. Saya mohon masukan dari ibu-ibu untuk meredakan kekhawatiran ini... Syukran.

Sabtu, 14 Maret 2009

Review Novel

Apa kabar ibu yang shalihah…kali ini saya ingin bertukar informasi dan ngobrol-ngobrol santai tentang novel Syahadat Cinta. Sebetulnya sudah lama saya tidak membaca novel, apalagi yang ada cinta-cintaan tapi kebetulan suatu hari di rumah tetangga, saya liat sebuah novel, sayapun meminjamnya.


Selama membaca, beberapa kali saya mengerutkan kening. Selain jalan ceritanya yang menurut saya kurang masuk akal, ada beberapa hukum Islam yang berbeda dari yang selama ini saya pahami. Saya coba bersabar untuk membacanya sampai tamat dan berharap “kekeliruan” itu hanya karena si tokoh utama dalam novel itu belum mengenal Islam lebih baik. Berharap hal tersebut adalah kekeliruan yang disengaja pengarang untuk memperkuat kesan bagi tokoh utamanya. Tapi ternyata saya cukup kecewa karena sampai di halaman terakhir tidak ada pengembalian pemahaman seperti yang saya harapkan. Dan akhirnya yang saya tangkap justru si penulis ingin menggiring pembacanya untuk menerima beberapa hukum Islam menurut perspektif dia.
Penasaran, saya coba searching di google, siapa tau ada yang pernah membuat review terhadap novel ini, dan ternyata ada. Berikut saya kutipkan:

“Syahadat Cinta: Novel Yang Tak Masuk Akal

Sudah pernah membaca novel Syahadat Cinta? Kalo belum saya ceritakan sekilas.
Kesuksesan novel ayat-ayat cinta karya Habiburrahman El-Shirazi menjadi novel best seller membuat pengarang lain berlomba-lomba membuat novel bertema serupa. Salah satunya Syahadat Cinta yang dikarang oleh Taufiqurrahman Al-Azizy. Syahadat Cinta merupakan bagian dari Trilogi, Ma'rifat Cinta dan Musafir Cinta (semua judulnya cinta-cinta).

Syahadat Cinta menceritakan kisah seseorang yang ingin memperdalam agama Islam (Diperankan oleh Iqbal). Kemauannya sangat kuat karena permintaan ibunya sebelum meninggal. Ia pun masuk ke pesantren yang disarankan ibunya. Di pesantren, Iqbal hanya disuruh mengambil air setiap hari, sama sekali belum diberi pelajaran bagaimana caranya mengaji, shalat apalagi membaca kitab kuning. Suatu ketika, Iqbal terlibat konflik dengan santri pesantren. Ternyata santri tersebut adalah anak kyai pemilik pesantren. Iqbalpun melarikan diri.
Dalam perjalanannya melarikan diri inilah Iqbal mendapatkan pengetahuan tentang Islam, tanpa harus mengambil air setiap hari. Iqbal tinggal di rumah seorang pengemis dan banyak mengambil pelajaran dari keluarga pengemis tersebut.

Lantas, tidak masuk akalnya di mana?

Dalam pengasingannya dari pesantren itu, Iqbal mengalami perubahan besar. Dalam 10 hari, ia sudah mampu melaksanakan shalat, sudah menyelesaikan hampir 100 buah buku, sudah bisa mengaji, bahkan sudah hafal beberapa hadits. Di sinilah tidak masuk akalnya.
10 hari adalah waktu yang teramat singkat untuk melakukan itu semua. Setiap harinya iqbal membeli dan membaca 10 buah buku. Ia juga hafal bacaan-bacaan shalat, bisa mengaji dari awalnya buta sama sekali dengan huruf hijaiyyah. Satu hari satu malam ada 24 jam. Mungkinkah semua itu dilakukan? Mari kita kalkulasikan.

Membaca 10 buku. Karena ada buku yang tebal dan buku yang tipis, kita rata-ratakan saja setiap buku 1,5 jam. Artinya Iqbal sudah menghabiskan waktu 15 jam. Kenapa saya ambil satu setengah jam? Karena yang dibaca adalah buku Agama. Iqbal membaca sambil memahami kalimat demi kalimat. Bukan membaca cepat seperti yang kita kenal seperti biasa.
Belajar membaca Alquran. Karena ia belajar pada waktu pagi, siang dan malam, anggap saja memakan waktu 2 jam.

Menghafal bacaan shalat, wudhu, dan menghafal beberapa hadits. Kira-kira 1 jam.
Keluar rumah, ke kampus dan keperluan lain di luar rumah, rata-rata 3 jam.
Shalat lima waktu. Anggap saja setiap waktu menghabiskan waktu 30 menit, sudah termasuk wudhu dan persiapan lainnya. 30x 5 = 2,5 jam.
Istirahat siang = 30 menit.
Makan 3x sehari. Anggap saja setiap makan 30 menit. Jadi totalnya 1,5 jam.
Tidur: 5 jam

Jadi berapa lama ia habiskan waktu sehari semalam? Lebih dari 24 jam.

Satu lagi, di novel Syahadat Cinta diceritakan bahwa Bu Jamilah, tempat di mana ia tinggal, berprofesi sebagai pengemis. Bu Jamilah sendiri seorang yang sangat taat terhadap agama. Pertanyaannya kenapa justru orang yang taat terhadap agama digambarkan sebagai seorang pengemis? Pengemis bukanlah profesi yang mulia. Orang yang mengemis adalah orang tidak mempunyai harga diri. Orang yang beriman lebih baik menahan rasa laparnya dibandingkan dengan meminta-minta. Sangat kontras dengan penggambaran Bu Jamilah. Apalagi anak Bu jamilah sendiri, Irsyad, memiliki pengetahuan islam lebih dibandingkan dengan yang lain.
Iqbal sendiri telah memberikan uang kepada Bu Jamilah karena ia tinggal ditem;pat tersebut. Jumlah uang yang sangat banyak yang nilainya mampu dijadikan jaminan agar Iqbal bisa keluar dari penjara. Agar bebas dari tersangka "teroris". Bisa dibayangkan berapa nominalnya.
Jika ia seorang beriman, maka uang itu lebih halal dibandingkan dengan meminta-minta. Bukankah Rasulullah pernah bersabda: " Barang siapa mampu, tetapi meminta-minta, maka Allah akan membuatkan satu rumah baginya di neraka" Na'udzubillah.”
(http://chodirin.or.id)


Saya setuju dengan pendapat pak Chodirin. Menurut saya, meskipun itu sebuah novel, tapi jika berlatar kehidupan sehari-hari, tetap harus masuk akal. Kecuali jika novel itu bertemakan lain, hal-hal yang bersifat imajinatif. Karena novel tersebut bertemakan Islami, dan mengingat orang Indonesia cenderung “terlalu menjiwai” atau latah mengikuti, apalagi di novel tersebut diselipkan beberapa pemahaman Islam, menurut saya pembahasan tentangnya menjadi suatu keharusan.

Setelah membacanya, saya membuat beberapa catatan. Hal-hal yang tidak sreg di hati saya, walaupun saya awam soal agama. Sebagiannya sudah dipaparkan oleh pak Chodirin.

Yang pertama, tentang masalah khalwat yang difahami Iqbal (penulis?), sang tokoh utama yang mengharuskan adanya dorongan syahwat. Jika tidak ada dorongan syahwat, berdua-duannya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, tidak bisa disebut khalwat (hal 455-456). Ini berbeda dengan yang saya fahami selama ini yang tidak pernah mendapatkan keharuskan adanya “illat” dalam hal khalwat. Allahu a’lam.

Yang kedua, karakter si Iqbal yang katanya “bengal” sepertinya kurang terbangun. Mulai dari awal cerita, si pengarang sudah memakai bahasa yang menurut saya “terlalu santun” untuk disematkan pada tokoh Iqbal. Apalagi ketika diceritakan, Iqbal bercerita dari A sampai Z kepada dua orang perempuan cantik yang baru dijumpainya. Ah, menurut yang saya amati, laki-laki yang berkarakter “keras” tidak mudah untuk curhat pada sembarang orang, apalagi kepada perempuan yang baru dikenalnya. Kok kesannya jadi bermental lembek dan terkesan ingin dapat simpati si perempuannya ya? Saya tersenyum ketika ada satu komentar di Goodreader tentang hal tersebut : “ketemu sama 2 orang wanita cantik, curhat, benar-benar hayalan tingkat tinggi!” he…he…

Dihalaman 400 sekian, Iqbal mulai terpikat oleh pesona Zainab. Dia jadi malas untuk ibadah, malas menghafal hadits dan Al quran, dll. Ini hal yang masih bisa ditolelir. Tapi di hal 477 ada hal yang perlu dicermati. Disana ditulis: “Zainab adalah manifestasi keindahan Ilahi. Alangkah malangnya orang yang berfikir bahwa seorang Hindu atau Budha itu menyembah berhala. Sebab sesungguhnya yang dia sembah adalah Allah SWT. Berhala adalah wasilah kecintaan seorang Hindu atau Budha kepada Allah sebagaimana orang Kristen yang mencintai Yesus dan Maria”. Innalillahi…dan lagi-lagi itu bisa saya abaikan kalau tidak di akhir cerita, Ihsan salah satu santri di pesantren tersebut, yang biasa mengingatkan Iqbal, malah ingin keluar dari pesantren dan ingin belajar ilmu agama dari Iqbal (hal 518). Setelah saya baca kok seperti seakan ingin memberikan kesan bagi kita yang membacanya bahwa Islam yang seperti inilah yang bagus dan layak diikuti. Ini pendapat saya. Allahu a’lam.

Terakhir, kyai sepuh yang terkesan menyetujui dan menyokong Iqbal. Dan sepertinya perkataannyalah yang menghantarkan kita ke buku berikutnya : “Datanglah 3 tahun lagi”, katanya. Tapi saya sudah kehilangan minat baca untuk 2 novel berikutnya.

Sebagai catatan terakhir, ini yang paling penting, kita harus berhati-hati dengan novel-novel bertema Islami yang membawa misi kaum liberal. Bukankah para ulama sudah memfatwakan haram orang Islam mengambil SPLIS…Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme. Kolaborasi antara kaum liberal dan kapitalis menghasilkan sesuatu yang tidak terasa mengikis dan mencuci otak para pembaca dan penontonnya. Lihatlah, novel ayat-ayat cinta yang subhanallah sarat dengan ilmu dan nuansa Islami (saya setuju dengan novelnya, tapi tidak dengan filmnya), hanya jadi cerita cinta segitiga di layar lebar. Atau tentang Perempuan Berkalung Sorban, yang menuai kontroversi…. Bagaimana dengan novel dan film Syahadat Cinta? Waspadalah…waspadalah…

Allahu a’lam bisshawab.

Selasa, 10 Maret 2009

1.500 Korban Tewas Palestina Diganti Kelahiran 5.000 Anak

"Palestina mendapat berkah di tengah-tengah serangan Israel atas Gaza beberapa bulan lalu. Meski banyak warganya yang tewas, namun jumlah kelahiran lebih banyak dibandingkan dari jumlah kematian.

"Pascapenyerangan Israel ke Gaza yang menewaskan lebih dari 1.500 rakyat Palestina, pada saat yang bersamaan telah lahir 5.000 anak," kata Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz N Mehdawi dalam sebuah acara diskusi di Islamic Book Fair, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (6/3/2009).

"Ini di luar perhitungan manusia. Ini bukti Allah memberi keberkahan kepada rakyat Palestina," imbuhnya.

Menurut Faiz, sampai saat ini tidak ada rakyatnya yang meninggalkan Palestina. Ia pun menyatakan Palestina lah yang memenangkan peperangan tersebut.

"Kami merasa kami lah yang memenangkan peperangan. Zionis tidak akan pernah menang dan beruntung dalam penyerangan itu. Kalau pun ada yang syahid dalam peperangan tersebut, itu tidak akan melemahkan semangat kami untuk terus menjadikan negara Palestina merdeka," pungkasnya. (lrn/gah)"
Mega Putra Ratya - detikNews



Subhaanallah...hasbunallah wani'mal wakiil, ni'mal maulaa wa ni'mannashiir. Allahu Akbar!

Rabu, 04 Maret 2009

Kampungku...

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh…

Sudah agak lama tidak menjumpai teman-teman, mudah-mudahan semua sehat dan selalu ada dalam lindungan Allah SWT, Amin.
Ibu yang shalihah…sebenarnya ada dua tulisan yang belum di publish, karena gak selesai-selesai dan akhirnya males untuk meneruskan. Tapi barusan, ketika sahur, tiba-tiba saja ingat kampung halaman, dan ingat pada suatu percakapan dengan seseorang…

Kampung, tempat kedua orang tua saya tinggal adalah kampung ketiga dari belokan jalan besar. Setelah telpon masuk, angkotpun masuk memeriahkan ojek dan delman. Disana semua orang adalah saudara. Atau menganggap satu sama lain adalah saudara.
Tak heran, berita suka ataupun duka cepat tersiar... ketika ada orang yang sakit atau meninggal, hampir semua berbelasungkawa. Datang menjenguk atau melayat. Begitupun ketika ada acara syukuran atau walimah…cukup disampaikan di mimbar mesjid, semua penduduk sudah merasa diundang, dan berkenan datang.

Walau hanya masa-masa SD saja full dikampung, tapi hampir semua warga mengenal dan selalu meng-up date berita tentang kita, mungkin karena rasa kekeluargaannya itu…. Selepas SD karena menimba ilmu di kota lain, kuliah, kerja kemudian menikah, praktis hanya sekali-sekali saja saya pulang. Tapi, seperti yang dikatakan orang-orang…seberapapun jauhnya kita merantau, kampung halaman tetap membuat kangen…hiks!

Suatu ketika, ke teras rumah ada Bi Ika menawarkan lauk-pauk yang udah mateng dan beberapa kue-kue basah. Sayapun dengan antusias memilih-milih.

“Ieu sabaraha Bi?” kata saya sambil menimang-nimang oseng kangkung. “Sarebu-an” katanya.
“Ari nu ieu sabaraha?” semur tempe bumbu galendo (kerak dari minyak kelapa buatan sendiri), dengan cabe hijau yang menurut saya cukup banyak kalau dihargai seribu. “Sarebu oge neng…” Untuk memastikan saya tanya kembali “Sarebu?” Dengan cepat ala pedagang umumnya, Bi Ika menyahut “Iya atuh neng, da ayeuna mah teu aya anu 500-an, sagalana oge tos arawis”. Kalau indonesian language-nya “Iya neng, sekarang udah gak ada yang Rp. 500, segalanya juga udah mahal”. He…he…he dan sayapun hanya tersenyum…

Senin, 23 Februari 2009

Telur Palsu...


Hidayatullah.com--Pusat Keamanan Pangan Hong Kong mengatakan bahwa semua telur impor harus ada sertifikat kesehatan, saat ini pengusaha yang bergerak dalam industri bidang ini belum menemukan adanya telur palsu.

Seruan ini muncul setelah di daratan China di duga muncul telur palsu. Di pasar Xiamen, Fujian di temukan satu partai telur yang di duga buatan manusia, setelah di masak fleksibilitas telur sangat baik, dan tidak ada rasa telur.

Pusat Keselamatan Makanan Hong Kong mengatakan bahwa semua telur impor harus sertifikat kesehatan, saat ini pengusaha yang bergerak dalam industri ini belum menemukan adanya telur palsu.

Menurut laporan pers, ada konsumen di Xiamen, Fujian China membeli beberapa telur di warung pasar, setelah pulang dimasak, dia menemukan kuning telurnya sangat elastis dan tidak mudah pecah, dan rasanya berbeda dengan telur pada umumnya.

Pengusaha lokal berdasarkan informasi yang diberikan oleh pemilik kios, mencari toko grosir yang menjual telur tersebut, namun pemilik menolak mereka di katakan menjual telur palsu, mereka mengatakan telur tersebut berasal dari Provinsi Liaoning dan memiliki sertifikat, dia bersedia berkordinasi dengan pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan. Pihak berwenang sedang melacak dan menguji apakah telur yang diduga palsu itu berbahaya untuk manusia.

Ada pengusaha telur daratan China yang membocorkan, kulit telur palsu dibuat dari calcium carbonate, kuning telor dari telur putih di buat dengan menggunakan sodium alginate, alum, gelatin, edible kalsium khlorida tambah air, zat warna.

Para ahli menyatakan bahwa jika dalam jangka panjang mengkonsumsi telur palsu, akan mempengaruhi kesehatan manusia, termasuk menyebabkan daya ingatan otak menurun, gejala idiot dan sebagainya.

Pusat Keamanan Pangan Hong Kong menyerukan kapada industri perteloran, jika ada dugaan telur palsu, harus melaporkannya ke pusat keamanan untuk mengambil tindakan. [erb/www.hidayatullah.com]

Kamis, 19 Februari 2009

Untuk wanita muslim...

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang." (QS. Al-Ahzab : 59)


Selasa, 17 Februari 2009

Istri adalah sahabat suami



Persahabatan merupakan salah satu penampakan naluri manusia. Kepada sahabat, seseorang merasa sederajat. Satu dan yang lainnya tidak merasa lebih tinggi. Seseorang akan merasa nyaman hidupnya dengan kehadiran sahabat di sisinya. Mereka mendapatkan perhatian dan kasih sayang terpercaya tanpa pamrih. Mereka dapat saling berkeluh kesah berbagi rasa. Baik suka maupun duka. Seorang sahabat tidak akan berat meluangkan waktu untuk mendengarkan sahabatnya. Seorang akan merasa dihargai dengan kepercayaan sahabatnya. Mereka saling menerima apa adanya kekurangan dan kelebihan sahabatnya. Mereka akan berupaya agar sahabatnya selalu mendapat ridlo Allah SWT. Jika ada persoalan diantara mereka, akan diselesaikan dengan musyawarah. Tentu munsyawarah dengan komunikasi yang hangat, penuh ungkapan kasih.

Hubungan suami istri lebih dari pada persahabatn dua orang manusia. Suami telah menjadi sebelah sayap bagi istrinya. Isteri adalah sayap yang sebelahnya lagi. Suami isteri benar-benar menyatu seperti menyatunya warna kuning dan biru menjadi hijau.

Kepemimpinan suami dalam rumah tangga tak sama dengan kepemimpinan penguasa terhadap rakyatnya. Tak sama dengan kepemimpinan komandan perang terhadap pasukannya. Kepemimpinan suami bukan pengistimewaan komando dan fasilitas. Kepemimpinan suami adalah semata karena Allah telah memilih dan menunjuknya. Allah yang memberi mandat dengan kemampuan memimpin dan menafkahi isteri dan anak-anaknya. Rasulullah SAW, sebagai tauladan kita tak pernah sekalipun berlaku kasar kepada istri dan anaknya. Beliau mengasihi dan menyayangi mereka dengan tulus dan penuh kelembutan. Beliau adalah orang yang paling baik kepada istri dan anaknya. "Khairukum khairukum li ahlih wa ana khirukum li ahlii" (HR. Ibn Hibban).

Pelayanan isteri terhadap suami bukanlah penghambaan dan penghinaan. Tapi relasi yang akrab, penuh kehangatan, saling mengerti, dan berusaha sebaik mungkin mendampingi suami. Keduanya hidup sebagai sahabat. Saling menyayangi, mengasihi dan membutuhkan, member dan menerima sebatas apa yang telah ditetapkan Allah atas keduanya.

Sahabat sejati tak rela suaminya salah melangkah. Tak rela suami tersentuh api neraka kelak. Jika suami melakukan kesalahan atau kelalaian, maka dengan penuh rasa hormat dan cinta isteri akan mengingatkannya. Dengan nama Allah isteri tidak akan rela suami melakukan dosa hingga mendapat murkaNya.

Begitu pula jika isteri melakukan kesalahan, maka dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang sayang suami harus membimbing dan mengarahkannya. Suami tidak serta marah, menghujat, mencela, memojokkan, menghina apalagi member sanksi.

Tunduk kepada Allah dan segala aturanNya. Inilah yang melahirkan kompetensi insan sejoli. Yang saling mengasah kemapuan dan mengeliminasi kelemahan. Keduanya akan menjadi mutiara umat, yang tak hanya handal dalam menyelesaikan urusan pribadi dan keluarga, namun juga kompeten menyelesaikan persoalan umat. Suami isteri bahu membahu dan berjuang bersama untuk dapat bergandengan tangan, masuk ke dalam Surga Allah SWT.

(Disarikan dari Family Guideline, dengan beberapa perubahan)

Sabtu, 14 Februari 2009

Astagfirullah...


“Astaga! Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun telah menjadi ayah. Pacar anak tersebut baru saja melahirkan seorang bayi buah hubungan mereka.
Alfie Patten, anak asal Inggris itu merasa senang memiliki bayi. "Saya pikir akan menyenangkan memiliki bayi," kata Alfie yang wajahnya tampak jauh lebih muda dari usianya, seperti dilansir tabloid Inggris, The Sun, Jumat (13/2/2009).
Kekasih Alfie, Chantelle Steadman (15) melahirkan seorang bayi perempuan di Rumah Sakit Eastbourne, Sussex Timur, Inggris. Bayi tersebut diberi nama Maisie Roxanne.
Alfie berumur 12 tahun saat Chantelle mengandung bayi mereka. Keduanya memutuskan untuk tidak melakukan aborsi. Mereka terus merahasiakan kehamilan tersebut hingga saat usia kehamilan Chantelle 18 minggu, ibunya mencurigai tubuh putrinya yang semakin gemuk.
"Kami ingin memiliki bayi itu namun kami khawatir bagaimana orang akan bereaksi," tutur Alfie yang tinggal bersama ibunya. Ayah Alfie, Dennis telah berpisah dari ibunya.
Senada dengan Alfie, Chantelle pun yakin akan menjadi orangtua yang baik bagi anak mereka. "Saya akan menjadi ibu yang hebat dan Alfie akan menjadi ayah yang hebat," tutur Chantelle.
Meski usianya baru 13 tahun namun Alfie bukan ayah termuda di Inggris. Ayah termuda di Inggris adalah Sean Stewart. Dia menjadi ayah pada umur 12 tahun ketika kekasihnya yang juga tetangga sebelah rumahnya, Emma Webster (15), melahirkan anak mereka pada tahun 1998. Namun keduanya berpisah enam bulan kemudian.” (http://id.yahoo.com/ )





Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh…ibu yang shalihah, bagaimana perasaan ibu setelah membaca berita itu? Terkejut? Miris? Di Indonesia saja, hasil searching di internet, ada survey yang menyebutkan hampir 56% remajanya melakukan hubungan seks sebelum menikah! Astagfirullah…

Itulah produk dari freesex, produk dari budaya yang mencampakkan agama di tong sampah. Buah dari sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) dan liberalisme (kebebasan).

Terkadang kita underestimate pada anak seusia mereka. Banyak perintah agama yang masih kita tolerir karena merasa mereka masih kecil. Seperti mengharuskan mereka berpuasa, membiasakan mereka untuk disiplin shalat, dan memukulnya jika usia 10 tahun tapi susah disuruh shalat. Memisahkan tempat tidur anak-anak, memilihkan teman dan lingkungan anak, dll. Terkadang juga kita teledor dengan lagu-lagu yang biasa kita putar atau tayangan-tayangan yang biasa kita tonton yang berimbas pada pertumbuhan naluri anak. Kita terkadang lupa, bahwa seiring usia, bukan hanya fisik anak yang tumbuh dan berkembang, tapi juga gharizah atau naluri si anak.

Ibu mungkin bisa berujar “ah, itu kan di Inggris, budayanya memang udah rusak, beda dengan di negara kita, lagian di rumah anak saya dididik dengan baik”. Tapi ibu yang shalihah…berapa jam dalam sehari semalam kita bisa mengawasi anak-anak kita yang sudah mulai masuk usia ABG itu? Apa yang dia selalu dengar, apa yang selalu ditonton, dengan siapa dia bermain, kemana ia bermain, dll. Sudah banyak kasus dimana anak terlihat baik di rumah tapi kacau di luar rumah.

Dengan alasan usia, kita ulur waktu untuk mereka belajar memahami bagaimana Islam mengatur hubungan dengan lawan jenis. Dengan alasan usia juga kita menolerir anak-anak perempuan kita untuk membiasakan diri sedari kecil, menutup aurat dengan busana muslim. Dengan alasan usia juga kita menolerir lingkungan yang bercampur baur (ikhtilat) antar anak yang berlainan jenis. “Ah, masih anak-anak”, begitu kata kita. Tapi bu, dengan kepolosannya, mereka menangkap, mengindera dan merekam apa yang selau mereka dengar, apa yang senantiasa mereka lihat dan rasakan.
Dari lagu-lagu cinta yang biasa kita dendangkan, kita perdengarkan di rumah, atau dikendaraan, sering kita dapati anak-anak yang hafal di luar kepala syair cintanya Peterpan, radja, ungu dll, yang mungkin artinya tidak mereka pahami semua. Dengan tidak sadar kita mengkarbit mereka untuk dewasa sebelum waktunya. Tapi anehnya, ada juga ibu-ibu yang dengan bangganya memamerkan anaknya yang sudah fasih menyanyikan lagu goyang dombret plus dengan jogetannya, astagfirullah… Kita terkadang hanya ingin mendengarkan lagu-lagu yang kita mau tanpa mempertimbangkan imbas pada perkembangan naluri anak.

Begitu juga, apa yang kita tonton. Kalau ibunya senang melihat sinetron, jangan aneh jika anaknya pun ikut-ikutan senang. Padahal kita sudah sama-sama tau, tema sinetron di Indonesia tidak jauh-jauh dari urusan cinta, pamer aurat, dan kampanye hidup bebas. Tidak semua sih, tapi umumnya memang seperti itu.

Belum lagi warnet yang semakin menjamur. Dengan hanya 2000-3000 rupiah per satu jam, anak-anak ABG kita bisa bebas leluasa mengakses apapun di balik bilik-bilik warnet itu. Alih-alih mencari sesuatu yang bermanfaat, mereka malah asyik bermain game, download lagu, chating sampai akses situs-situs porno. Didikan ayah dan ibunya di rumah seringkali jebol oleh pengaruh lingkungan ini. Rangsangan yang terus menerus pada hasrat seksual, sementara kematangan berfikir tertunda,mengakibatkan di saat usia remaja, penuh dengan ketidaksiapan dalam membendung gairah pubertas. Syahwat telah menjadi “tuhan”, ditaati dan dipatuhi. Kissing, Necking, petting, bahkan intercause (KNPI), yang mestinya hanya untuk suami istri, dilakukan demi kepuasan. Wajarlah jika prestasi belajar kebanyakan anak muda, tak seindah harapan. Pikiran yang mestinya berpotensi untuk menyumbangkan penyelesaian bagi persoalan bangsa telah terpenuhi oleh racun seksualitas.

Ghazwul fikri (perang pemikiran), itulah dia. Budaya buruk yang datang dari luar Islam sudah masuk bahkan sampai ke rumah-rumah kita, ke kamar anak-anak kita, lewat bacaan, lagu-lagu atau tontonan.

Bagi kita khususnya di Qatar ini. Pengaruh teman bermain mungkin bisa diminimalisir. Selain di sekolah, praktis anak-anak di rumah saja, kalaupun bermain, pasti dengan anak dari keluarga teman dan pada acara-acara yang juga kita hadiri. Tapi bu, bukan berarti anak kita terbebas dari pengaruh budaya luar yang buruk. Di sekolah, kebanyakan anak-anak kita bersekolah di Internasional school atau di Indian school, ada pelajaran-pelajaran yang harus kita waspadai, misalnya kelas Dancing, dansa-dansi ala barat atau joget-joget ala india. Begitupun dari etika dan tatakrama, bagaimana berdo’a untuk memulai pelajaran dan sebagainya yang sesungguhnya tidak bebas nilai. Internet on line 24 jam . Tv kabel yang dengan leluasanya bisa melihat film apapun, bisa menjadi jerat –jerat yang memupus impian kita untuk mempunyai anak yang shalih. Untuk itu bu, pendidikan agama sungguh penting. Semua harus kita imbangi dengan gemblengan akidah, memupuk akhlak dan suasana Islami. Itulah tugas utama kita. Karna kita adalah benteng pertahanan terakhir generasi Islam. Allah SWT berfirman: “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu…” (At Tahrim:6).

Kembali ke kasus di atas, dalam Islam, ketertarikan pada lawan jenis (garizah an Nau’) adalah fitrah. Ada bersama penciptaan manusia, sebagai salah satu potensi yang harus dipenuhi sesuai dengan aturan Allah. Pemenuhan naluri ini harus tetap sesuai dengan misi hidup kita, yakni beribadah kepada Allah SWT (Addzariyat: 56). Pemenuhan yang terlepas dari misi hidup hakiki, hanya akan menyengsarakan. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga masyarakat secara keseluruhan.

Menstruasi pertama bagi seorang anak puteri adalah saat mulai bertanggung jawab atas amalnya. Bukan saat pembebasan menikmati gairah pubertas. Juga bukan saatnya serba boleh, memilih dan bergaul bebas dengan lawan jenis. Juga bukan saat pertama ‘mulai’ mencari jati diri. Sesungguhnya jati dirinya mesti telah dikenalkan dan ditemukan sejak ia tamyiz (bisa membedakan benar dan salah, bahaya dan tidak). Ibu menyiapkan masa taklif (pembebanan) jauh sebelum masa ini tiba. Tidak boleh terlambat.

Islam sangat menjaga kesucian diri baik laki-laki maupun perempuan. Islam sebagai pandangan hidup yang paripurna dan lengkap, telah memunyai aturan hingga hal terkecil sekalipun. Islam mempunyai langkah-langkah yang bukan hanya curative (penyembuh) tapi juga preventif (pencegah). Maksudnya, sebelum terjadi kerusakan masyarakat karena seks bebas dan hilangnya virgintas pada remaja, ada langkah-langkah pencegahan yang harus ditempuh.

Pertama, ada aturan yang lengkap dan detil tentang gaya berpakaian baik laki-laki maupun perempuan. Bagi perempuan ada kerudung dan jilbab yang harus dikenakan bila keluar rumah. Untuk laki-laki, di atas lutut dan di bawah pusar. Ada juga perintah menundukkan pandangan (Ghadul bashar) bagi laki-laki dan perempuan (an Nur:30-31).

Kedua, aturan pergaulan laki-laki dan perempuan yang sempurna. Larangan berduaan (khalwat) bagi laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom. Rasulullah saw. Bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.” (HR Ahmad)

Ketiga, peran serta masyarakat harus ada. Menegur, menasehati, dan peduli harus ditingkatkan ketika terjadi gejala perilaku seseorang menuju ke arah gaul bebas. Yang namanya tetangga apalagi pak RT dan pak RW harus tegas memberi teguran, peringatan hingga sanksi untuk perilaku yang kebablasan.

Keempat, peran negara sangat vital dalam hal ini. Selain sebagai pihak yang mengeluarkan aturan berkekuatan hukum, negaralah yang berhak memberi sanksi secara hukum pula bila ada pelanggaran. Negara harus mensosialisaskan aturan-aturan ini agar diketahui dan dipahami masyarakat. Bila sudah begini, orang-orang akan berpikir ribuan kali untuk melakukan tindakan amoral bila saja sanksinya tegas. Cambuk 100 kali bagi yang pezina yang belum pernah menikah dan rajam bagi pezina yang sudah menikah. Bukan gertak sambal, tapi harus serius dilaksanakan. Bisa dijamin, angka gaul bebas yang notabene mengarah ke seks bebas langsung turun drastis. Sesuai dengan firman Allah swt “Pezina laki-laki dan pezina perempuan jilidlah masing-masing keduanya dengan seratus kali jilid” (QS an-Nûr [24]: 2) Untuk hukuman rajam berdasarkan riwayat dari ‘Abdullâh bin Buraidah dari bapaknya berkata, “Telah datang kepada Rasulullah saw., al-Ghamidiyyah dan ia berkata, “Ya Rasulullah saw., aku telah berzina, sucikanlah aku!” Beliau saw. menolaknya. Besoknya ia berkata, “Wahai Rasulullah jangan engkau menolak aku, semoga engkau merehabilitasi aku sebagaimana engkau merehabilitasi al-Mâ’iz. Demi Allah saya telah hamil. Rasulullah saw. bersabda, “Jangan, pulanglah sampai engkau melahirkan.” Ketika ia telah melahirkan ia mendatangi Rasulullah saw. dengan anaknya yang ada di gendongan, dan ia berkata, “Ini adalah anakku.” Rasulullah saw bersabda,“Pergi, dan susuilah sampai engkau menyapihnya!” Ketika ia telah menyapihnya ia mendatangi Rasulullah saw. dengan anaknya yang membawa sepotong roti. “Ya Nabiyullah, saya telah menyapihnya, dan ia sudah bisa memakan makanan. Lalu, anak itu diberikan kepada salah seorang laki-laki dari kaum Muslim. Kemudian Rasulullah saw. memerintahkan menanam wanita itu hingga dadanya, kemudian memerintahkan manusia untuk merajamnya.” Hadis ini dengan jelas menunjukkan bahwa wanita hamil ditunggu sampai ia melahirkan, dan wanita yang menyusui ditunggu hingga ia menyapih anaknya.

Untuk para remaja

Virginitas bukan hanya pada utuh tidaknya selaput dara yang menunjukkan kegadisan seorang perempuan (ada beberapa kasus selaput dara robek bukan karena aktivitas seksual). Tapi virginitas adalah kondisi mental dan akhlak seseorang dalam perilaku seksualnya. Jadi pihak laki-laki pun juga bisa dikatakan nggak virgin kalau ia sudah mulai berani melakukan seks bebas sebelum nikah.

Hati-hati dalam bergaul, jangan coba-coba free sex. Karena mirip dengan narkoba, awalnya coba-coba selanjutnya bisa kecanduan. Bagi remaja puteri, kehilangan virginitas sangat kuat dugaan menjadi pintu awal untuk terjerumus ke arah jalan nggak benar. Bagi remaja putera juga tidak jauh berbeda. Awalnya hanya berniat coba-coba, menjadi ketagihan dan tidak lagi takut dosa. Bahkan tak jarang yang akhirnya memilih jadi gigolo demi uang dan kenikmatan sesaat. Naudzubillah

Penting diketahui, sebagaimana naluri-naluri yang lain, gharizah nau (naluri untuk melestarikan keturunan), hanya akan muncul jika ada stimulus dari luar, baik berupa penglihatan atau pemikiran. Oleh karena itu, buang jauh-jauh majalah porno, hindari tontonan yang memancing syahwat, tolak pacaran yang jelas-jelas langkah awal setan untuk menjerumuskan pada perzinaan dan jangan berikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan) kecuali dalam tiga hal; pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
Lakukan aktivitas positif yang bisa meraup pahala, gabung dengan kelompok ilmiah remaja, berolahraga yang tidak bertentangan dengan syariat, aktif di kegiatan rohis (kerohanian Islam), dan berkumpul dengan teman-teman yang sholih bagi cowok dan sholihah bagi cewek. Pertebal keimananmu dengan selalu taat ajaran Islam, dan yakini bahwa Allah Maha Melihat di mana pun kita berada.

Hati-hati dengan musuh-musuh Islam yang selalu mencari celah dan berupaya untuk menjerumuskan remaja dan pemuda-pemudi muslim agar berlumur dosa. Celah ini adalah siasat untuk merusak Islam secara keseluruhan sebagai tujuan akhir. Generasi muda adalah lahan empuk yang digunakan sebagai sasarannya. Karena di usia ini, perkembangan hormon seksual mulai berkembang dan daya ingin tahu pun mulai meledak-ledak. Kalo tidak dibentengi dengan iman yang kuat, pastilah korban dari generasi muda akan berjatuhan.

Jangan tinggal diam, remaja muslim harus diselamatkan dari gaul bebas. Ini berat dilakukan selama paham kebebasan berperilaku (free behaviour) yang menjadi salah satu sendi demokrasi terus dipertahankan. Bagi mereka yang pikirannya dijejali ide kapitalisme, tidak masalah remaja rusak yang penting uang bisa dihasilkan dari sana. Apalagi bila itu dianggap sebagai penghasil devisa negara, maka tempat maksiat pun dilestarikan bahkan kalau bisa, diperbanyak, naudzubillah.

So, tidak ada jalan lain bila kita ingin menyelamatkan generasi muda dari kerusakan yang makin parah kecuali kembali pada aturan yang berasal dariNya. Dan aturan ini tidak akan mungkin sempurna dilaksanakan kecuali oleh sebuah sistem tertentu. Sistem ini tidak akan tegak jika semua muslim tidak ada yang berusaha untuk memperjuangkannya. Jadi, tidak ada pilihan lain jika ingin mulia di dunia dan akhirat, kita semua harus turut ambil bagian dalam perjuangan ini.
Wallahu a’lamu bisshawab.



Sumber tulisan:
---http://id.yahoo.com/
--- Buletin Gaul Islam edisi 051/tahun I (13 Syawal 1429 H/13 Oktober 2007)
---Buku Family Guideline 2