Rabu, 04 Maret 2009

Kampungku...

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh…

Sudah agak lama tidak menjumpai teman-teman, mudah-mudahan semua sehat dan selalu ada dalam lindungan Allah SWT, Amin.
Ibu yang shalihah…sebenarnya ada dua tulisan yang belum di publish, karena gak selesai-selesai dan akhirnya males untuk meneruskan. Tapi barusan, ketika sahur, tiba-tiba saja ingat kampung halaman, dan ingat pada suatu percakapan dengan seseorang…

Kampung, tempat kedua orang tua saya tinggal adalah kampung ketiga dari belokan jalan besar. Setelah telpon masuk, angkotpun masuk memeriahkan ojek dan delman. Disana semua orang adalah saudara. Atau menganggap satu sama lain adalah saudara.
Tak heran, berita suka ataupun duka cepat tersiar... ketika ada orang yang sakit atau meninggal, hampir semua berbelasungkawa. Datang menjenguk atau melayat. Begitupun ketika ada acara syukuran atau walimah…cukup disampaikan di mimbar mesjid, semua penduduk sudah merasa diundang, dan berkenan datang.

Walau hanya masa-masa SD saja full dikampung, tapi hampir semua warga mengenal dan selalu meng-up date berita tentang kita, mungkin karena rasa kekeluargaannya itu…. Selepas SD karena menimba ilmu di kota lain, kuliah, kerja kemudian menikah, praktis hanya sekali-sekali saja saya pulang. Tapi, seperti yang dikatakan orang-orang…seberapapun jauhnya kita merantau, kampung halaman tetap membuat kangen…hiks!

Suatu ketika, ke teras rumah ada Bi Ika menawarkan lauk-pauk yang udah mateng dan beberapa kue-kue basah. Sayapun dengan antusias memilih-milih.

“Ieu sabaraha Bi?” kata saya sambil menimang-nimang oseng kangkung. “Sarebu-an” katanya.
“Ari nu ieu sabaraha?” semur tempe bumbu galendo (kerak dari minyak kelapa buatan sendiri), dengan cabe hijau yang menurut saya cukup banyak kalau dihargai seribu. “Sarebu oge neng…” Untuk memastikan saya tanya kembali “Sarebu?” Dengan cepat ala pedagang umumnya, Bi Ika menyahut “Iya atuh neng, da ayeuna mah teu aya anu 500-an, sagalana oge tos arawis”. Kalau indonesian language-nya “Iya neng, sekarang udah gak ada yang Rp. 500, segalanya juga udah mahal”. He…he…he dan sayapun hanya tersenyum…

3 komentar:

  1. Ummu..., ya begitulah kampung halaman, selalu teringat walaupun kita telah merantau jauh...

    Jadi ingat kampungku juga dengan segala suka dukanya...:((

    BalasHapus
  2. iya ya umi...mana pulangnya masih agak lama nih...

    BalasHapus
  3. iya mu.. ana aja yang masi satu negara sering kangen sama kampung halaman. apalagi ummu sama umi rinyang jauh du negeri orang ya. pasti kangennya dobel yah mmuu..

    BalasHapus