Rabu, 05 Agustus 2009

Islam Bukan Hanya Arab



Assalamu’alaikum wr. Wb

Sahabat dan teman-temanku…
Banyak yang ingin saya utarakan di sini, terutama tentang kegundahan hati ketika membaca beberapa berita yang ada. Tapi saya konsentrasikan pada satu hal saja dulu. Sumbernya saya tulis di sini:
http://gayahidup.liputan6.com/berita/200907/238920/Jelang.Ramadan.London.Siap.siap.Sambut.Wisatawan.Arab

Sebelumnya saya sampaikan, bahwa yang akan saya utarakan di sini bukan untuk membanding-bandingkan atau membuat citra jelek pada negara tertentu. Saya hanya ingin mengajak teman-teman untuk merenung tentang sebagian potret kaum muslimin sekarang ini.

Hidup di perantauan, beribu-ribu mil jauhnya dari kampung halaman membuat kesan tersendiri untuk saya. Selain lebih mandiri (semua dilakukan tanpa ada asisten) juga saatnya untuk belajar bergaul dengan bermacam etnis yang ada.

Negara tempat kami tinggal sekarang, merupakan salah satu negara yg multikultur. Kita bisa menemukan orang dari semua benua di sini. Jumlah pribuminya hanya sekitar 20% dari total jumah penduduk. Sehingga, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Inggris.

Kesan multicultural akan lebih terasa sekali terutama kalau kita sedang berjalan-jalan di mall. Saat pertama, saya sempat takjub melihat suasana yang ada. Kemewahan bangunannya bisa melupakan bahwa kita ada di negeri tandus. Pengunjung dengan berbagai warna kulit, bahasa dan cara berpakaian membuat kita tidak bosan menatap. Wahai…wanita-wanita dengan busana hitam bercadar dan para lelaki dengan jenggot panjang dan memakai jubah putih serta bersorban kepala yang khas, di sini begitu biasa terlihat. Sama sekali tidak ada kesan angker, ekstrimis apalagi teroris seperti yang di image-kan di Indonesia kepada orang-orang yang berpakaian seperti itu. Mereka malah dengan asyiknya berbelanja, makan makanan fast food dan duduk santai di café kelas atas untuk sekedar minum kopi yang harga satu cangkirnya saja bisa untuk sekali belanja bulanan di Indonesia. Oya, jangan aneh kalau di sini kita biasa melihat orang berbelanja se-trolly penuh. “seperti mau buka warung” kelakar seorang teman. 

Dan wahai lihatlah…saya benar-benar takjub (miris?) melihat para wanitanya dengan abaya hitam terbelah depan, menampakkan jelana jeans ketat dengan manik-manik dan sepatu tali hak tinggi, komplit dengan make up tebal dan bibir berpoles lipstick merah. Mereka tidak memakai cadar. Dan konon…inilah wanita pribumi, sedikit dari mereka yang memakai cadar. Mereka kelihatan begitu percaya diri, bak seorang aktris, melangkah anggun dengan jubah yang menyapu lantai.

Hati saya bertambah miris ketika menyaksikan di televisi, yang kebetulan bisa menangkap siaran dari berbagai Negara di Timur Tengah, bagaimana artis-artis mereka, film-filmnya, dan nyanyian-nyanyiannya…sungguh banyak yang tidak mencerminkan agama Islam yang mulia. Kenapa saya miris? Karena mereka berbahasa arab, berbahasa Islam yang agung. Ketika ini saya utarakan ke suami, beliau berkata bahwa di Timteng ini tidak semua yang berbahasa arab itu beragama Islam, itu adalah bahasa keseharian mereka. Iya sih…sayapun tau itu, tapi kok tetep miris….

Hal lain yang menggangu benak saya adalah tentang gossip artis Indonesia, seorang vokalis band terkenal, yang diduga melakukan KDRT terhadap mantan Istrinya. Di situs detik.com, di kolom komentarnya ada yang menulis kurang lebih seperti ini : “Nyanyiin lagu-lagu rohani, kelakuan udah kayak orang-orang arab yang nyiksa para TKW…”

Ketika membaca itu, miris…miris hati saya. Saya sakit hati dengan semua itu, saya gak bisa terima. Bagi saya, ajaran Islam begitu mulia…begitu agung karena turun dari Tuhan Pencipta kita, Allah SWT.
Yang saya tau, Islam bukan hanya Arab. Dan Islam tidak bisa diidentikan hanya dengan itu. Orang Arab tidak semuanya beragama Islam seterang orang Islam tidak hanya Arab. Orang Arab tidak bisa dijadikan tolak ukur bagaimana sesungguhnya Islam itu, karena Al Quran dan hadistlah tolak ukur kita. Tidak ada kelebihan bangsa Arab dan bukan Arab kecuali dengan takwanya.

Berikut kutipan Khutbah Rasulullah SAW ketika haji wada:
“Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa. Tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa”.

Subhanallah, dari dulu sampai sekarang banyak diantara mereka yang hafidz Al Quran dan menjadi ulama dunia yang terkemuka. Tapi saya melihat sendiri, sekarang ini ada juga yang masih tertatih-tatih membaca Al Quran. Memakai busana muslim dan muslimah ada yang memang benar-benar karena kewajiban, ada juga yang hanya sebagai identitas diri. Sering saya satu tempat shalat dengan para muslimahnya, dan sama sebagaimana kita, ada yang shalatnya baik ada juga yang terkesan asal. Allahu’alam, tapi itulah yang terlihat.

Saya jadi teringat yang dikatakan Pak Ustadz ketika pengajian IndoQAPCO. Bahwa Surga itu milik semua…terbuka untuk semua. Bukan milik para ulama, atau para ustadz dan ustadzah, bukan milik yang berjenggot panjang…tapi milik siapa saja yang beriman dan beramal shalih.

Lantas kenapa sekarang bangsa Arab tidak bisa dijadikan lagi tolak ukur keislaman? Padahal tanah mereka adalah tanah para nabi, bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Islam yang agung. Menurut hemat saya setidaknya karena 2 hal. Yang pertama karena ada pencitraan negative dan yang kedua gazwul fikri dan gazwuts Tsaqafi.

Dengan pencitraan negative oleh musuh-musuh Islam, menghasilkan kesan orang-orang Arab itu barbar, militan, ekstrimis, teroris, keji, suka liwath, sering meyiksa dan memperkosa TKW. Dan dengan gazwul fikri dan gazwuts Tsaqafi efeknya lebih parah lagi. Dan menyangkut hampir semua bidang kehidupan. F3 alias Food, Fashion and Fun yang ada di barat, ada juga di dunia Islam. Belum lagi segala bentuk pemikiran-pemikiran baru yang bersumber dari luar Islam mulai diadopsi. Bagaimana mereka menjalankan ekonominya, mengatur negaranya dan bergaul dengan negara-negara tetangganya tidak terlepas dari faham-faham yang dianggap agung oleh barat dan musuh-musuh Islam. Kapitalisme dan sekularisme telah diadopsi oleh hampir seluruh kaum muslimin sekarang ini. Penyakit wahn yang sudah wanti-wanti diingatkan Rasulullah SAW, mulai menjalar tanpa terasa. Umat kian bingung membedakan antara Hadharah dan Madaniah.

Gazful fikr dan gazwuts Tsaqafi ini lebih hebat pengaruhnya bagi umat Islam, karena telah berhasil memisahkan umat dari syaksiah Islamiyahnya. Mereka masih muslim tapi cara mereka bergaul, bermu’amalah, berpolitik dan berfikir ketika mencari solusi atas masalah-masalahnya, rujukannya bukan Islam. Islam hanya menjadi agama ritual saja dan tidak dipakai sebagai konsep untuk menyelesaikan problematika kehidupan.

Sesungguhnya setiap pribadi muslim dituntut untuk mempunyai Syakhsiah Islamiyah (kepribadian Islami), yang terbentuk dari aqliyah Islamiyah (pola fikir yang Islami) dan nafsiyah Islamiyah (pola sikap yang Islami). Mempunyai pemikiran-pemikiran Islami, dan bertingkah laku serta bersikap yang Islami sesuai dengan pemikirannya tersebut. Bahasa sederhananya adalah Ilmu dan amal. “Al Ilmu bilaa ‘amalin kassajari bilaa tsamar” ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah…dan amal tanpa ilmu akan menghantarkan kita pada kesesatan.

Tapi bukan berarti orang yang bersyakhsiyah Islamiyah tidak akan pernah berbuat salah dan dosa. Manusia bukanlah malaikat. Manusia tempatnya salah dan lupa. Asal kemudian dia bertaubat dan memohon ampun pada Allah SWT. Rasullullah pernah bersabda" Setiap anak adam pasti pernah berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang bertaubat (HR.At-tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas).

Jadi permasalahannya adalah bukan Arab atau non Arab, tapi seberapa jauh seseorang faham dan mengamalkan agamanya. Bersyaksiyah Islamiyah dan menjadikan Islam sebagai kaidah dan qiyadah dalam berfikir dan berbuat. Tidak masalah apakah ia orang arab atau bukan, di hadapan Allah semua sama. Terlebih Islam melarang kita untuk ashabiyah, dan berjuang untuk ashabiyah. Semua orang Islam adalah satu karena diikat oleh aqidah yang satu. Semua orang Islam bersaudara dan diikat dengan ikatan ukhuwah Islamiyah.

Pertanyaannya kemudian, kenapa sampai terjadi stereo negative dan gazwul fikri serta gazwuts Tsaqafi terhadap kaum muslimin?

Ini tidak lain karena 3 pilar pembentukan masyarakat yang Islami telah lemah. Ketakwaan Individunya lemah, kontrol dari masyarakatnya juga lemah. Terlebih tidak ada Negara yang benar-benar care terhadap kondisi kaum muslimin sekarang ini. Umat Islam lemah, tidak bersatu dan mudah untuk diadu domba. Masing-masing kelompok, curiga dengan kelompok lainnya. Masing-masing negara, curiga dengan negara lainnya. Padahal agama kita sama, panduan hidup kita sama Al Quran dan Al hadist. Terlebih kita menyembah kepada Dzat Yang Satu, Allah SWT. Seharusnya kita bisa bersatu.

Terakhir untuk semua, stop pendiskreditan terhadap umat Islam, jangan mengeneralisir hanya karena ada sebagian umat Islam yang sudah luntur keislamannya atau bahkan menyimpang dari ajaran Islam yang agung. Terapkan syariat Islam di seluruh bidang kehidupan, dan perkokoh ketiga pilar pembentukan masyarakat Islam, agar agar hidup kita berkah dalam ridhaNya. Dan secara individu, mari bentuk kepribadian kita menjadi kepribadian Islam yang tangguh dan berpengaruh. Tingkatkan aqliyah kita dengan tsaqafah-tsqafah Islam dan latih nafsiyah kita dengan lebih meningkatkan ketaatan kita kepada Allah SWT. Insya Allah dengan begitu, Islam dan kaum muslimin akan kembali mulia, seperti sejatinya.

Allahu A’lam.

2 komentar:

  1. bener juga mi.
    Bukan s0al arab atau n0n arab. Tapi s0al pemahaman agamanya.

    Paham agama.
    Itulah kenapa kita harus terus belajar.
    Ya kan?

    BalasHapus
  2. betul banget neng...karena itu jgn berhenti mengaji, mengkaji dan beramal :)

    BalasHapus