Selasa, 17 Februari 2009

Istri adalah sahabat suami



Persahabatan merupakan salah satu penampakan naluri manusia. Kepada sahabat, seseorang merasa sederajat. Satu dan yang lainnya tidak merasa lebih tinggi. Seseorang akan merasa nyaman hidupnya dengan kehadiran sahabat di sisinya. Mereka mendapatkan perhatian dan kasih sayang terpercaya tanpa pamrih. Mereka dapat saling berkeluh kesah berbagi rasa. Baik suka maupun duka. Seorang sahabat tidak akan berat meluangkan waktu untuk mendengarkan sahabatnya. Seorang akan merasa dihargai dengan kepercayaan sahabatnya. Mereka saling menerima apa adanya kekurangan dan kelebihan sahabatnya. Mereka akan berupaya agar sahabatnya selalu mendapat ridlo Allah SWT. Jika ada persoalan diantara mereka, akan diselesaikan dengan musyawarah. Tentu munsyawarah dengan komunikasi yang hangat, penuh ungkapan kasih.

Hubungan suami istri lebih dari pada persahabatn dua orang manusia. Suami telah menjadi sebelah sayap bagi istrinya. Isteri adalah sayap yang sebelahnya lagi. Suami isteri benar-benar menyatu seperti menyatunya warna kuning dan biru menjadi hijau.

Kepemimpinan suami dalam rumah tangga tak sama dengan kepemimpinan penguasa terhadap rakyatnya. Tak sama dengan kepemimpinan komandan perang terhadap pasukannya. Kepemimpinan suami bukan pengistimewaan komando dan fasilitas. Kepemimpinan suami adalah semata karena Allah telah memilih dan menunjuknya. Allah yang memberi mandat dengan kemampuan memimpin dan menafkahi isteri dan anak-anaknya. Rasulullah SAW, sebagai tauladan kita tak pernah sekalipun berlaku kasar kepada istri dan anaknya. Beliau mengasihi dan menyayangi mereka dengan tulus dan penuh kelembutan. Beliau adalah orang yang paling baik kepada istri dan anaknya. "Khairukum khairukum li ahlih wa ana khirukum li ahlii" (HR. Ibn Hibban).

Pelayanan isteri terhadap suami bukanlah penghambaan dan penghinaan. Tapi relasi yang akrab, penuh kehangatan, saling mengerti, dan berusaha sebaik mungkin mendampingi suami. Keduanya hidup sebagai sahabat. Saling menyayangi, mengasihi dan membutuhkan, member dan menerima sebatas apa yang telah ditetapkan Allah atas keduanya.

Sahabat sejati tak rela suaminya salah melangkah. Tak rela suami tersentuh api neraka kelak. Jika suami melakukan kesalahan atau kelalaian, maka dengan penuh rasa hormat dan cinta isteri akan mengingatkannya. Dengan nama Allah isteri tidak akan rela suami melakukan dosa hingga mendapat murkaNya.

Begitu pula jika isteri melakukan kesalahan, maka dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang sayang suami harus membimbing dan mengarahkannya. Suami tidak serta marah, menghujat, mencela, memojokkan, menghina apalagi member sanksi.

Tunduk kepada Allah dan segala aturanNya. Inilah yang melahirkan kompetensi insan sejoli. Yang saling mengasah kemapuan dan mengeliminasi kelemahan. Keduanya akan menjadi mutiara umat, yang tak hanya handal dalam menyelesaikan urusan pribadi dan keluarga, namun juga kompeten menyelesaikan persoalan umat. Suami isteri bahu membahu dan berjuang bersama untuk dapat bergandengan tangan, masuk ke dalam Surga Allah SWT.

(Disarikan dari Family Guideline, dengan beberapa perubahan)

7 komentar:

  1. Insya Alloh... sepasang suami-istri yang selalu berniat, berilmu dan beramal semata hanya karenaNya, Alloh Ta'ala akan memasangkannya tidak hanya di dunia fana, tetapi menjadi pasangan abadi di akhirat kelak...

    BalasHapus
  2. semoga aku menjadi istri dan sahabat yang baik buat suamiku ...aminnnnn

    Nice posting Ummu...

    BalasHapus
  3. Untuk Rina dan mbak Atca, amin...smg kita bisa menjadi isteri dan ibu yg shalihah, amin. Terimakasih comment nya.

    BalasHapus
  4. Sebuah hubungan yang menyenangkan jika suami-istri berkomitmen untuk menjadi sahabat dalam membina rumah tangga, menjadikan aqidah islam sebagai penentu tujuan dalam berumah tangga. Dan keduanya selalu menjadi contoh bagi anak-anaknya, serta mendidik mereka untuk menjadi hamba Alloh yang sesuai dengan syariat.

    BalasHapus
  5. Hmmm... slalu adhem ati nich.. baca postingan Ummu Faaza.Jazakillah bi khoir...amien.

    Rumah tangga sebagai revolusi hidup,alangkah indahnya yach.. saling bekerjasama bersahabat dalan lautan cinta membangun keluarga sakinah...smoga kita termasuk didalamnya.amien...

    BalasHapus
  6. Jadi teringat diskusi dengan istri: Diletakkannya kepemimpinan pada pundak suami itu karena ada suatu masa seorang istri tidak bisa jernih memandang persoalan. Ada kala di mana kondisi jiwanya dipenuhi perasaan dan emosi. Tapi sungguh saya tidak bermaksud mengatakan bahwa suami adalah raja. Mereka tidak boleh semena-mena mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan saran istri dan melihat kepentingan keluarga....

    BalasHapus
  7. mohon doanya agar saya menjadi istri yang shalihah..amin

    BalasHapus