Sabtu, 17 Januari 2009

Ass, Ibu yang shalihah…sebenarnya ini puisi yang udah cukup lama. Tapi tiap kali membacanya, terasa terus menyentuh…Puisi ini mengingatkan kita, agar merenungi kembali kalimat yang senantiasa kita ucapkan dalam shalat: "Inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi Rabbil 'alamiin", (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah. Rabb Seluruh Alam).
Dan menyadarkan kita,bahwa sesungguhnya kita, tidak punya apa-apa...”Lillahi maa fissamaawaati wamaa fil Ard…” (QS. [2]:284).


Makna Sebuah Titipan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa:
sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipanNya,
bahwa hartaku hanya titipanNya,
bahwa putraku hanya titipanNya,

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali olehNya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa
itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku".
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku.

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...

"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

WS Rendra

6 komentar:

  1. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang kita kasihi atau kita anggap milik kita memang bukan hal yang mudah. Karenanya, jadikanlah sesuatu dan seseorang itu kita kasihi dan kita cintai hanya semata karena Alloh SWT... :)

    BalasHapus
  2. Yup s7, meski terasa ringan untuk diucapkan dan berat untuk dilakukan,kita harus sll berusaha...karena itulah konsekuensi keimanan kita.

    BalasHapus
  3. Sekalian kirim cerita dari dech..
    Adalah seorang pemuda yang tengah berjalan- jalan ditepi hutan untuk mencari udara segar, ketika dia tengah berjalan, tiba -tiba terdengarlah bunyi auman suara harimau... Auuuummmm... !!!!! Seekor harimau yang sedang lapar Dan mencari mangsa untuk mengisi perutnya Dan tiba-tiba sudah berada dihadapan pemuda . Pemuda tadi karena takut, diapun berlari semampu dia bisa, Harimau yang sedang lapar tentunya tidak begitu saja melepas mangsa empuk di depan matanya, harimau itupun mengejar pemuda tadi. Ditengah kepanikkannya, pemuda tadi masih sempat berdoa, agar diselamatkan dari terkaman harimau,...rupanya doanya Dikabulkan, dalam pelariannya dia melihat sebuah sumur tua,..terlintas dibenaknya untuk masuk kedalam sumur itu,..karena harimau pasti tidak akan mengejarnya ikut masuk kesumur tersebut.

    Beruntungnya lagi ternyata sumur tersebut ditengahnya Ada tali menjulur ke bawah, jadi pemuda tadi tidak harus melompat yang mungkin saja bisa membuat kakinya patah karena dalamnya sumur tersebut. Tapi ternyata tali itu pendek Dan takkan sanggup membantu dia sampai kedasar sumur, hingga akhirnya dia bergelayut ditengah-tengah sumur, ketika tengah bergelayut dia menengadahkan mukanya keatas ternyata harimau tadi masih menunggunya
    Dibibir sumur, Dan ketika dia menunduk kebawah, terdengar suara kecipak air,..setelah diamati ternyata Ada 2 ekor buaya yang ganas yang berusaha menggapai badannya.

    Ya Allah bagaimana ini, diatas aku ditunggu harimau, dibawah buaya siap menerkamku, ketika dia tengah berpikir caranya keluar, tiba-tiba dari pinggir sumur yang Ada lobangnya keluarlah seekor tikus putih ..ciiit...ciiit. .. .ciit...yang naik meniti tali pemuda tadi Dan mulai menggerogoti tali pemuda tadi, ..belum hilang keterkejutannya dari lobang satunya lagi muncul seekor tikus hitam yang melakukan hal sama seperti

    Tikus putih menggerogoti tali yang dipakai pemuda tuk bergelantungan. Waduh ...jika tali ini putus, .habislah riwayatku dimakan buaya..!!! Cemas dia berpikir,... Jika aku naik keatas .sudah pasti harimau menerkamku,. .jika menunggu disini...lama- lama tali ini akan putus Dan buaya dibawah siap menyongsongku. .. Saat itulah dia mendengar dengungan rombongan lebah yang sedang mengangkut madu untuk dibawa kesarang mereka,..dia mendongakkan wajahnya keatas..Dan tiba-tiba jatuhlah setetes madu dari lebah itu langsung tertelan ke mulut pemuda tadi. Spontan pemuda tadi berkata...Subhanall ah alangkah manisnya madu ini,..baru sekali ini aku merasakan madu semanis Dan selezat ini...!!! Dia lupa akan ancaman buaya Dan harimau tadi.





    Tahukah kamu, inti dari cerita diatas...???

    Pemuda tadi adalah Kita semua, harimau yang mengejar adalah maut Kita, ajal memang selalu mengejar Kita. Jadi ingatlah akan mati.



    Dua ekor buaya adalah malaikat munkar Dan nakir yang menunggu Kita di alam kubur Kita nantinya.



    Tali tempat pemuda bergelayut adalah panjang umur Kita,..jika talinya panjang maka pendeklah umur Kita, jika talinya pendek maka panjanglah umur Kita.



    Tikus putih Dan tikus hitam adalah dunia Kita siang Dan juga malam yang senantiasa mengikis umur Kita. Diibaratkan di cerita tadi tikus yang menggerogoti tali pemuda.



    Madu setetes adalah nikmat dunia yang hanya sebentar. Bayangkan madu setetes tadi masuk kemulut pemuda,...sampai dia lupa akan ancaman harimau

    Dan buaya,..begitulah Kita, ketika Kita menerima nikmat sedikit, Kita lupa kepada Allah. Ketika susah kita berkeluh kesah Astaghfirullah ..

    eh ga' nyambung yach.. Semangat lagi ya Ummu.. yang sudah berlalu.. biarlah menjadi urusan Allah smoga kita bisa memperbaiki dan meneruskan amah sholihnya..

    BalasHapus
  4. ceritanya menyentuh sekali, sarat makna...syukran budhe. Kita pererat ukhuwah ya!

    BalasHapus
  5. Assalamualaikum..
    um, puisinya beneran punya rendra ya? Kug ana bel0m pernah denger ya..
    Tapi, lumayan nyindir juga yah tu puisi,, mudahan2 bisa selalu jadi pengingat bahwa kita sesungguhnya gag punya apa2...
    Salam ukhuwah dari ana,,
    wassalam...

    BalasHapus
  6. ass, ya mbak...cb deh di blognya ws rendra. salam ukhuwah jg ya...syukran commentnya.

    BalasHapus