Kamis, 08 Januari 2009

Anak kita itu...


Beberapa bulan lalu, saya dititipi 3 orang anak dari seorang sahabat yang pergi menjadi tamu Allah untuk berhaji. Repot memang…tapi juga exciting karena ada kesempatan bisa mengasuh 4 orang anak, jarang-jarang kan... Saya berjanji pada ibu mereka (budhe Fakhrun), bahwa Insya Allah mereka akan diperlakukan sebagaimana anak sendiri. Kalau mereka berbuat salah, mereka akan kena tegur, tapi saya pastikan mereka akan mendapatkan kasih sayang saya.

Awal-awal semua mungkin kurang nyaman, apalagi untuk Adel yang usianya belum genap setahun. Tapi setelah beberapa hari, semua bisa menyesuaikan diri. Hingga tak terasa 3 minggu berlalu, dan saatnya saya serahkan amanah itu kembali pada orang tuanya. Sebagaimana baiknya keadaan mereka waktu dititipkan, sebaik itu pulalah mereka saya kembalikan ke pelukan orangtunya, Alhamdulillah wa syukurilah… Sang ibu sempat curhat bahwa si kecil Adel sepertinya perlu menyesuaikan diri lagi dengan bergantinya kembali suasana. Namanya juga anak-anak… (iya kan?)

Ibu yang shalihah…semua pasti setuju, bahwa yang paling berat dari acara titip menitip anak ini adalah amanahnya! Mempertanggungjawabkan secara moral kepada orang yang memberi amanah.

Dari pengalaman berharga itu saya merenung:
Yang pertama, Kenapa ketika kita dititipi seseorang, kita merasa betul-betul harus menjaganya dengan baik, merasa beban mental dan takut menyalahi amanah… Tapi pada amanah yang langsung dikasih Allah kepada kita, yaitu anak kita, terkadang kita lalai…kita merasa anak kita hanya milik kita, kepunyaan kita dan berhak dihitam putihkan. Padahal ibu…sesungguhnya pertanggungjawaban kepada Allah sungguh, sungguh lebih berat…” …wal mar atu raa’iyyatun liahli baitiha wa hiya masulatun ‘an ra’iyyataha” (HR. Bukhari) Kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak!

Sudahkah anak kita mengenal Allah sebagai Penciptanya? Terus, siapakah yang dijadikannya sebagai idola, nabi Muhammad ataukah yang lain, Spiderman, power ranger, Ben 10 dll?… Duh ibu, bagaimana kita mempertanggung jawabkan itu di hadapan Allah…

“Tidak, anak saya udah tau kok, Allah Tuhannya dan Muhammad RasulNya”. Tapi bu, siapakah yang mengajarinya…apakah kita atau guru agamanya? Sudahkah kita mengajarinya sendiri ? Jangan sampai anak kita mendakwa kita di akhirat nanti… Kita adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anak kita. Ketika kita merasa ilmu kita kurang cukup, belajarlah, teruslah mengaji dan mengkaji. Jangan cari waktu luang, tapi meluangkan waktu. Insya Allah…hambatan yang ada akan sesuai dengan imbalan pahala yang disediakan Allah SWT untuk kita, amin.

Yang kedua, Anak-anak, terutama yang masih kecil, pada dasarnya bisa dirawat, diasuh dan merasa nyaman pada siapapun yang memberinya kasih sayang, tidak mesti sama kita ibunya…
Siapapun bisa mengasuh anak kita bu…mungkin lebih baik dari asuhan kita…Tapi subhanallah bu, Allah menjadikan anak itu sebagai anak kita, Dia menitipkan anak itu khusus untuk kita! lihatlah wajahnya…lihat matanya, lihatlah bentuk mulut dan pipinya, benar-benar mirip kita atau suami. Coba lihat cara berjalannya…dan bagaimana bahasa tubuhnya…persis kita atau suami kita. Dengan itulah diantaranya kita mengklaim pasti, bahwa dia anak kita. Bahwa kita orangtuanya. Tapi yang kadang terlupakan adalah bahwa dengan kenyataan itu pula, kita, orangtuanya adalah orang yang paling bertanggungjawab akan selamat atau tidaknya anak kita di akhirat kelak.

Suksesnya seorang ibu bukan karna anak-anaknya berhasil menjadi “orang”, menjadi terpandang atau punya banyak uang. Ibu yang sukses adalah ibu yang berhasil mencetak anak-anaknya menjadi anak shalih dan shalihah…yang berhasil menjadikan anaknya sebagai tiket masuk ke Surga Allah SWT.

Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan “anugerah terindah” untuk kita. Segala Puji bagi Allah yang telah menjadikan kita, Ibu dari anak-anak kita dan istri bagi suami kita. Semoga kita bisa menjaga dan mensyukuri berbagai amanah Allah tersebut dengan sebaik-baiknya. Dan semoga Allah memudahkan segala urusan kita…di dunia dan di akhirat. Amin.

1 komentar:

  1. *Alhamdulillah... tetu saja jasa Ummu tak kant pernah kami lupakan dan smoga Allah Ta'alla melimpahkan kebajikan serta kemuliaan yang tinggi atas keikhlasannya meneruskan memelihara anak anak kami sepenuh kasih sayang... wah..mas Faza jadi sempat agak terlalaikan yach..kesian..sekarang dah full lagi kant..
    *Ya Ummu.. bener banget .. banyak orang tua yang yg tak menyadari bahwa anak tumbuh dari apa yg dibiasakan ortu sedangkan akhlak yg baik tak mudah tertancap dlm hati.Memang sudah banyak hal disepakati sebagai sesuatu yg baik ataupun yg buruk namun nilai moral yg dipegang kebanyakan ortu laiknya karet yg lentur bisa kendor bisa kenceng sehingga kita mesti menanamkan tarbiyah akhlaq dengan standart moral Rosulullah Muhammad saw.. hihi.. jadi malu nich.. maksudnya anak anak budhe masih kosong melompong yach..okay.. yg dibutuhkan adalah perhatian terhadap akhlaknya.Makasih ya.. maaf klo' ga' nyambung nich dg artikel Ummu..mungkin kesimpulannya untuk anak anak kita hendaknya :
    Mengaktifkan berbuat baik sejak dini,memberi gambaran buruk tentang akhlak tercela,menunjukan kebajikan berkat akhlak yg baik serta menjauhkamn anak dari sesuatu yang sia sia seperti tontonan populer power ranger spyderman maupun benten yach..
    Mempersiapkan mereka untuk menjadi manusia sesungguhnya yaitu hamba Allah seutuhnya..berawal dari kita ortunya.. udah ah .. kepanjangan nich.. maaf dan makasih ...

    BalasHapus